“Budaya ini merupakan budaya yang harus dirawat, sejalan dengan penghargaan terhadap alam bagaimana seharusnya kita bukan hanya menghargai tapi juga menjaga alam,” ungkapnya ketika memberi sambutan dihadapan ratusan masyarakat Solo.
Masyarakat Tionghoa memang memiliki tradisi khusus sebagai ungkapan syukur terhadap datangnya pertengahan musim gugur. Negeri Tiongkok yang termasuk agraris dikenal sangat dekat dengan alam dan memiliki perayaan-perayaan khusus sebagai ungkapan terimakasih pada alam. Rasa syukur ini salah satunya diwujudkan melalui kirab dewa bumi yang telah menjaga dan memberi limpahan hasil bumi. Kota Solo, melalui klenteng Tien Kok Sie selalu menggelar acara ungkapan syukur tersebut selama bertahun-tahun.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Tahun ini, sepuluh klenteng di Jawa Tengah turut meramaikan Kirab Kongco Hok Tik Cing Sien di Klenteng Tien Kok Sie Pasar Gede, Solo. Klenteng-klenteng tersebut antara lain Klenteng Kwan Seng Boen Semarang, Klenteng Ageng Asih Semarang, Klenteng Xiu Fa Thang Salatiga, Klenteng Tjoe Hwe Kiong Rembang dan lain sebagainya.
Panitia Ritual Klenteng Tien Kok Sie Pasar Gede Solo, Budiono Tekgianto mengemukakan dalam ritual tahunan ini dewa bumi dikirab dengan rute Klenteng Tien Kok Sie Pasar Gede ke Jalan Jenderal Sudirman- Jalan Ronggowarsito- Jalan Keprabon Kulon- Jalan Slamet Riyadi- berbelok ke Jalan Kapten Mulyadi- Jalan R.E. Martadinata kemudian ke Jalan Cut Nyak Din- Jalan Ir. Juanda- Jalan Urip Sumoharjo dan kembali ke Klenteng Tien Kok Sie.
“Kirab ini sebagai ungkapan rasa terimakasih kita atas panen raya. Selain dewa bumi ada beberapa yang turut dikirab seperti Dewi Kwan Im. Satu hari sebelum puncak acara (kirab) telah digelar sembahyang umat Konghucu. Tradisi ini terus dipertahankan sejak Tiongkok purba,” jelasnya.
Kirab pada tanggal 15 Imlek bulan 8 tersebut diharapkan mampu membawa kedamaian dan kelimpahan rizki bagi Indonesia serta meningkatkan kerukunan antar masyarakat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)