Ilustrasi (Foto: Ant/Basri Marzuki)
Ilustrasi (Foto: Ant/Basri Marzuki) (Rhobi Shani)

Triwulan Pertama 2016, Tujuh Orang di Pati Meninggal Akibat HIV/AIDS

aids
Rhobi Shani • 08 April 2016 18:04
medcom.id, Pati: Triwulan pertama 2016, sebanyak tujuh orang warga Kabupaten Pati, Jawa Tengah, meninggal akibat mengidap HIV/AIDS. Hal ini mengundang perhatian sejumlah kalangan sebab obat untuk memperlambat virus mematikan itu mulai langka.
 
Koordinator Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) Rumah Matahari Pati Ari Subekti mengatakan, sejak Januari 2016 ada 26 orang yang positif mengidap HIV/AIDS. Sebanyak tujuh pengidap HIV/AIDS meninggal, seorang di antaranya bocah berusia 9 tahun.
 
"Tujuh orang meninggal dunia dari 26 jumlah penderita baru yang positif HIV/AIDS  di 2016 ini," kata Ari Subekti saat pendampingan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Jumat (8/4/2016).

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Menurut dia, ada beberapa penyebab kematian ODHA. Di antaranya, terlambatnya asupan obat yang seharusnya diminum secara rutin dua kali per hari. Selain itu, penderita tidak tahu bahwa ia terserang  HIV.
 
"Sejak pertengahan Maret lalu, obat untuk pengidap HIV/AIDS di Pati mengalami kelangkaan. Sifat obat tersebut memang bukan untuk mengobati, melainkan untuk menghambat virus dan menambah kekebalan tubuh," ujar dia.
 
Kalau penderita tidak minum obat tersebut dalam sehari, ditambahkan Ari, dikhawatirkan virus makin meluas. Menurutnya, ODHA harus meminum obat dua kali sehari dengan jeda waktu 12 jam. Tiap meminum obat, ODHA harus menenggak minimal tiga jenis obat sekaligus, yakni Nevirapine, Tenofovir dan Lamivudine.
 
"Saat ini, jenis obat Lamivudine yang masih langka. Biasanya kelompok sebaya mendapatkan pasokan obat dari rumah sakit setempat. Penderita yang tidak minum obat secara rutin akan membuat kekebalan tubuhnya menurun," imbuh dia.
 
Ari berharap supaya pemerintah bisa segera menyediakan stok obat bagi ODHA, terutama obat jenis Lamivudine.
 
Sementara, Kepala DKK Pati, Edi Sulistyono, menyatakan semua stok obat HIV/AIDS memang dipasok dari provinsi. Karena stok provinsi juga kosong sehingga berdampak di daerah.
 
"Stok obat di provinsi mengalami kekosongan. Karena obat di kabupaten dipasok dari provinsi," kata Edi.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(TTD)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif