Dagangan mereka laris diserbu pembeli. Pasalnya, di sini menjadi titik keberangkatan dan kedatangan (embarkasi/debarkasi) jemaah haji dari Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, melalui Bandara Adi Soemarmo Solo (SOC).
Para pedagang dari beberapa daerah, seperti Boyolali, Mojokerto, Jawa Timur turut menajajakan cenderamata khas haji. Salah seorang penjual asal Mojoketrto, Ariffatus Saida, 22, mengatakan rutin berjualan di sini sejak musim haji tahun 1997. Dia meneruskan usaha orangtuanya.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
“Banyak yang kami jual sebagai oleh-oleh. Ada yang berupa makanan dan barang. Untuk makanan, biasanya yang banyak diminati adalah kurma tangkai,” ungkapnya saat ditemui di stannya, Rabu (30/9/2015).
Lima kilogram kurma tangkai biasanya dijual seharga Rp490 ribu. Oleh-oleh lain yang biasa dicari adalah kacang dan kismis. Satu kilogram kismis dijual Rp75 ribu, kacang jagung Rp50 ribu sedangkan kacang pistachio Rp210 ribu per kilogram. Selain makanan, Arifatus juga menjual sajadah dengan kisaran harga Rp10 ribu hingga Rp45 ribu.
Buka sesuai jadwal kloter
Pedagang lain asal Boyolali, Anissa mengungkapkan harus menyesuaikan dengan jadwal kedatangan kloter. "Jadi kami pun harus pandai-pandai melihat jadwal haji,” ungkapnya. Strategi itu diambil untuk efektifitas berjualan.
Anissa mengatakan dalam sekali musim haji bisa mendapatkan penghasilan Rp3 juta hingga Rp5 juta per hari.
Selain berjualan saat kepulangan jemaah haji, Anissa juga berjualan dengan mengikuti jadwal manasik haji di beberapa kabupaten. “Dulu pas persiapan mau naik haji kami jualannya keliling. Pernah ke Magelang, Purworejo dan lain-lain,” tutur perempuan berusia 20 tahun tersebut.
“Alhamdulillah kalau ramai bisa nyampe Rp5 juta per hari. Berkah musim haji,” tutupnya sambil tersenyum.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)
