Yohana, salah satu pemilik toko serabi, mengatakan peningkatan permintaan serabi telah dimulai sejak H-1 Lebaran hingga saat ini. Yohana mengungkapkan jika biasanya tokonya memproduksi 50 kilogram adonan serabi, pada Lebaran kali ini naik menjadi 80 hingga 100 kilogram adonan. Dalam sehari serabinya selalu habis.
"Peningkatannya mencapai 30 hingga 40 persen," ujar Yohana, ditemui di tokonya, kemarin.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Seorang pemudik dari Jakarta, Rika Novalia, 30, mengatakan membeli serabi merupakan bagian dari tradisi tahunan keluarganya setiap Lebaran.
"Saya pasti beli banyak untuk oleh-oleh dan untuk saya makan di jalan ketika kembali ke Jakarta," ungkap perempuan asli Boyolali tersebut.
Untuk melayani pemudik, toko serabi di kawasan Notosuman ini buka mulai pukul 04.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB. Satu serabi dihargai Rp2.200 hingga Rp 2.500 per biji. Pengunjung juga bisa melihat proses pembuatan serabi secara langsung di tempat tersebut.
Di kawasan Pasar Gede, Solo, pedagang keripik juga meraup keuntungan saat hari raya. Berbagai oleh-oleh kering khas Solo seperti ampyang, keripik ceker, keripik usus, dan lain sebagainya, laris diserbu pembeli dari luar Kota Solo.
Meski permintaan naik 40 persen, namun pedagang kios, Ririn, mengaku tidak menaikkan harga. “Harga seperti biasa dari kisaran Rp10 ribu hingga Rp30 ribu,”ungkapnya. Menurut Ririn, pada Lebaran kali ini dirinya bisa meraup Rp1,5 juta hingga Rp3 juta per hari.
Salah seorang pembeli asal Bekasi, Ida, mengatakan lebih memilih makanan kering. “Soalnya perjalanan jauh, kalau makanan kering akan lebih awet,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)
