"Tapi, kami tidak bisa memastikan apakah bakteri e-coli di sumur warga berasal dari sungai atau bukan. Air sungai saat ini sudah tidak digunakan kebutuhan baku, hanya untuk pengairan pertanian atau pelihara ikan," kata Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja, dan Kesehatan Olahraga Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Yanatun Yunadiana di Bantul, DIY, Jumat, 7 April 2017.
Yanatun menjelaskan, bakteri e-coli bisa muncul dari berbagai sumber. Salah satunya dari kotoran manusia.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Menurut Yanatun, masih banyak warga Bantul yang buang air besar sembarangan (BABS). Mereka yang melakukan BABS kebanyakan tinggal di dekat bantaran sungai.
(Baca: Lima Sungai di Bantul Tercemar Bakteri E-Coli)
Indikasi air sumur warga tercemar bakteri e-coli, lanjut Yanatun, adalah adanya diare massal. "Pernah terjadi diare massal empat kali," ungkapnya.
Pemerintah Kabupaten Bantul, kata Yanatun, sudah melakukan berbagai upaya penanganan bakteri e-coli. Salah satunya adalah dengan membenahi sistem sanitasi warga.
Selain itu, Pemkab Bantul juga melakukan sosialisasi agar warga hidup sehat. Misalnya, rajin cuci tangan dengan sabun usai beraktivitas, memasak air sumur sebelum dikonsumsi, serta mengolah sampah dan limbah rumah tangga.
"Kita juga rutin melakukan pemeriksaan kualitas air sumur warga bekerja sama dengan puskesmas. Setiap desa diambil lima titik sampel. Setidaknya, ini untuk meminimalisasi dampak bakteri e-coli," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(NIN)