Kondisi beras yang diterima warga sejak empat hari lalu tersebut tidak bersih, biji beras pecah dan baunya apak serta warna beras kekuningan. Sebagian warga terpaksa mengembalikan beras tersebut ke desa.
Warga Desa Pebatan RT 3 RW 2, Abdullah Jahir, 63, mengatakan sebagian warga pasrah dan menerima beras yang dinilai tidak layak konsumsi tersebut. Karena harga beras cukup murah, yakni Rp2.000/kg.
“Namun sebagian warga mengembalikan ke balaidesa, karena kondisinya tidak layak,” ujar Jahir yang juga koordinator penyalur beras Rastra tersebut, Selasa (28/ 6/2016), di kediamannya.
Hal senada disampaikan warga lainnya, Said, 38. Karena kualitasnya kurang baik, ia terpaksa mencampurnya dengan beras biasa agar tidak terlalu bau dan bisa dikonsumsi. Ia juga terpaksa memakan waktu lama untuk memilih dan memilah agar beras tersebut bisa dikonsumsi.

Kualitas buruk rastra. (Metrotvnews.com/Kuntoro Tayubi)
Sebelumya, Warga Desa Trayeman, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, protes karena rastra yang mereka terima berkualitas jelek. Selain hitam, beras sebanyak 105 kilogram itu juga mirip pakan ternak. Mereka pun mengembalikan ke balai desa.
Penjabat sementara (Pjs) Kepala Desa Trayeman, Ali Mahmudi, membenarkan kejadian itu. Rastra yang terkenal dengan raskin ini masih dikumpulkan di balai desa. "Kami sudah melaporkan kejadian ini ke Bulog. Katanya mau diganti," tuturnya.
Ali menjelaskan, pengiriman rastra di desa itu berlangsung pada Senin 6 Juni. Di hari yang sama, rastra langsung didistribusikan ke setiap RT dan dilanjutkan ke rumah tangga sasaran (RTS).
Tapi, RTS enggan menerima raskin tersebut karena kondisinya seperti pakan ternak. Atas kejadian itu, kepala desa bergegas menghubungi petugas Bulog agar diganti. "Tapi, sampai sekarang, penggantinya belum juga datang," ujar Ali.
Kepala Bulog Sub Divisi Regional (Divre) VI Pekalongan, Sumarna Muharip mengaku belum mendengar persoalan itu. Namun, ia berjanji menerjunkan petugas ke desa itu untuk mengecek kebenarannya. "Jika beras itu tidak layak, akan kami tarik dan kami ganti," ujarnya.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)
