Mencoba ikhlas, itulah yang dilakukan Wagiyono untuk menutupi perih di hatinya. “Sudah kehendak Allah seperti ini,” ungkap ayah dari Wami Windasih tersebut di rumah duka, RT 09 RW 03, Desa Kandangsapi, Jenar, Sragen, Jawa Tengah, Jumat, 27 Oktober 2017.
Ia menuturkan, Wami baru merantau sekitar satu bulan lalu ke Malaysia. Wami ingin perekonomian keluarga smembaik.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
“Anak saya pernah bilang, 'masa keluarga kita hidup seperti ini terus',” papar Wagiyono dengan tatapan nanar.
Barangkali, kata Wagiyono, hal tersebut juga menjadi salah satu motivasi Wami bekerja menjadi TKI di Malaysia. Dia pun berusaha memikul beban sebagai anak pertama dari tiga bersaudara walau masih terbilang belia.
(Baca: Warga Sragen Korban Kecelakaan Malaysia Baru Sebulan Merantau)
Masih menirukan ucapan Wami, Wagiyono menambahkan, anaknya mengkhawatirkan kedua orang tuanya. “Bapak sakit, mamak jualan hasilnya enggak seberapa, pas-pasan jadi saya ingin ke Malaysia untuk bekerja,” ia menirukan kata-kata putri sulungnya.
Sebelum sakit-sakitan, Wagiyono bekerja sebagai tukang kayu. Namun satu tahun lalu, Wagiyono merasakan sesak nafas. Dia terserang pernyakit paru-paru dan harus berobat rutin.
Sementara, ibunya yang bernama Suparmi hanya berjualan cilok di pinggir jalan. “Memang hasilnya tidak menentu,” tambah dia.
Wagiyono tidak menyangka anaknya menjadi korban tewas dalam kecelakaan di kilometer 47, Lebuh Utara Selatan, Pulau Penang, Malaysia. Kecelakaan antara bus karyawan pabrik Sony dan Plexus itu terjadi Selasa, 24 Oktober 2017 sekitar pukul 6 pagi.
Jenazah Wami tiba di rumah duka, Jumat, 27 Oktober 2017 siang. Jenazah diterbangkan dari Malaysia melalui Bandara Adi Sucipto Yogyakarta.
Isak tangis keluarga mengiringi kedatangan jenazah Wami. Jenazah dikebumikan di Pemakaman Kombang, Sidomulyo, Kandangsapi, Sragen, Jawa Tengah.
(Baca: Tujuh WNI Tewas dalam Kecelakaan Bus Maut di Penang)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SUR)