Kepala Disdikpora Gunungkidul Sudodo mengaku tak curiga dengan keberadaan Gafatar. Malah, Sudodo pernah menyarankan Gafatar mendaftarkan organisasi tersebut ke Kesbangpolinmas Gunungkidul.
"Waktu itu anggota menggambarkan kegiatan Gafatar murni kegiatan sosial," kata Sudodo di Gunungkidul seperti yang ditulis Metrotvnews.com, Rabu (13/1/2016).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Sudodo mengatakan tiga anggota Gafatar pernah menemuinya pada 2014. Satu anggota bernama Retno yang mengaku tinggal di Kecamatan Patuk.
Ketiga orang itu beberapa kali mengikuti kegiatan Disdikpora. Misalnya upacara Sumpah Pemuda. Mereka, kata Sudodo, juga pernah menitipkan sejumlah tabloid yang berisi kegiatan-kegiatan Gafatar di seluruh Indonesia.
Gafatar menjadi bahan pemberitaan media beberapa waktu belakangan ini. Beberapa orang hilang dan diduga menjadi anggota gerakan tersebut. Satu di antaranya dokter Rica yang menghilang bersama putranya di akhir tahun 2015. Ibu dan anak itu menghilang setelah dijemput anggota Gafatar.
Peneliti Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian Universitas Gadjah Mada (UGM), M Faried Cahyono, menjelaskan kesesatan Gafatar bisa dilihat dari kacamata apa yang diajarkan kepada pengikutnya. Gafatar, kata dia, mengajarkan agar pengikutnya tidak menjalankan salat lima waktu dan puasa Ramadan.
Bahkan, Kepala Polda Yogyakarta, Brigjen Pol Erwin Triwanto, mengatakan organisasi itu sudah dibubarkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) beberapa waktu lalu. Informasi terakhir menyebutkan, kata Erwin, Gafatar berubah nama menjadi Negara Karunia Tuhan Semesta Alam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)