Pengungsi di di SD Negeri 2 Clapar, Kecamatan Madukara, Banjarnegara, Jawa Tengah. Ant/Idhad Zakaria)
Pengungsi di di SD Negeri 2 Clapar, Kecamatan Madukara, Banjarnegara, Jawa Tengah. Ant/Idhad Zakaria) ()

Hunian Tetap Korban Longsor Banjarnegara Disiapkan

banjarnegara longsor
20 April 2016 12:44
medcom.id, Banjarnegara: Hingga saat ini, korban longsor di Desa Clapar, Kecamatan Madukara, Banjarnegara, Jawa Tengah masih mengungsi. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat mengklaim bakal segera membuat hunian tetap bagi pengungsi.
 
"Saat ini warga masih menempati hunian sementara yang berlokasi di SD Negeri 2 Clapar. Kami akan segera menyiapkan hunian tetap untuk mereka," kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Banjarnegara Catur Subandrio di Banjarnegara, seperti dilansir Antara, Rabu (20/4/2016).
 
Para pengungsi merupakan warga yang tempat tinggalnya terdampak longsor dan tanah bergerak pada Kamis (24/3) dan Jumat (25/3). Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB, Sutopo, kala itu bilang, kalau longsor terjadi pada area yang cukup luas. Yaitu pada luas lima hektar, dengan tanah yang bergerak sejauh 1,2 kilometer. Tipe longsoran berupa longsoran merayap (soil creep).

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Waktu itu, 237 warga diungsikan, sementara 34 rumah mengalami kerusakan sedang dan berat. Terakhir, BPDB Banjarnegara mencatat ada 21 keluarga yang rumahnya mengalami kerusakan berat.
 
Kendati demikian, Catur mengatakan, kalau pihaknya hanya akan menyiapkan 18 rumah. Sebab, tiga keluarga lainnya pernah menerima bantuan hunian tetap saat relokasi bencana longsor yang terjadi pada 2009.
 
Akan tetapi, tiga keluarga tersebut tidak menempati hunian tetap di lahan relokasi yang telah dibangun pemerintah. Tiga keluarga itu memilih membangun kembali rumahnya hingga akhirnya terkena bencana longsor pada tanggal 25 Maret 2016.
 
Rencana pembangunan hunian tetap di lahan relokasi sesuai rekomendasi Badan Geologi Bandung yang berlokasi di Blok Kandri, Desa Clapar, Kecamatan Madukara. Saat ini masih dalam tahap negosiasi dengan 18 keluarga korban longsor.
 
"Warga masih ngeyel tidak mau direlokasi, sehingga kami harus kembali bertemu mereka dan kami belum tetapkan datanya. Kami tidak izinkan mereka kembali ke lahan yang ditempati sebelumnya karena tempat itu merupakan titik rawan," katanya.
 
Disinggung mengenai nilai kerugian akibat bencana di Desa Clapar, dia mengatakan, berdasarkan hasil pendataan, jumlah kerugian mencapai Rp28,6 miliar. Menurut dia, fenomena tersebut tidak hanya merusak rumah warga, tetapi juga belasan hektare kebun salak dan infrastruktur jalan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(SAN)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif