Air mata perempuan 52 tahun itu pun tumpah. Rabu siang 13 Januari 2016, kesedihan Sukanah meleleh di pigura foto yang ada di pangkuannya.
Kini, dia tinggal seorang diri di rumah bercat kuning muda di RT 07 RW 02 Desa Bendan Pete, Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Sebab, adiknya, Nur Asik yang juga Aparatur Sipil Negara telah menghilang sejak sebulan lalu.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Semula, kepergian Nur Asik biasa saja. Bahkan, Nur sempat berpamitan pada seluruh anggota keluarga. Kala itu, Nur pamit pergi untuk menempati rumah baru di Semarang. Semua anggota keluarga, termasuk Sukanah, turut melepas kepergian Nur.
“Pas perginya semua anggota keluarga kumpul. Tapi memang tidak ada saudara yang mengantar ke rumah yang baru. Katanya tidak usah, karena jauh,” ujar Sunakah, Rabu (13/1/2016).
Sejak beredar kabar banyaknya orang hilang yang diduga bergabung dengan organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar), Sukanah dan anggota keluarga lainnya mulai gundah. Pasalnya, nomor ponsel yang biasa digunakan Nur tidak lagi bisa dihubungi.
“Nomor HP-nya sudah tidak bisa dihubungi, alamat yang baru di mana kami juga tidak tahu. Dulu waktu pergi hanya bilang pindah kerja ke Semarang,” kata Sukanah berkaca-kaca, saat berbincang dengan Metrotvnews.com di beranda rumah.
Di mata keluarga, Nur Asik adalah sosok yang tekun dan rajin beribadah. Pergaulan di masyarakat juga baik. Terbukti Nur terpilih menjadi anggota Badan Perwakilan Desa. Kepergian Nur pun disesalkan keluarga dan tetangga.
“Kalau sebelumnya mengurus surat pindah, mungkin kami tahu pindahnya ke mana. Tapi, menurut cerita dari warga, katanya pindah ke Semarang,” terang Kepala Desa Bendan Pete Sunarto.
Terakhir sebelum menghilang, istri Nur, Muntiah, datang ke kantor Balai Desa mengurus surat akta kelahiran anaknya.
Memang, Nur tergolong jarang berkumpul dengan warga sekitar. Itu terjadi lantaran setiap hari Nur berangkat kerja pagi, pulang jelang tengah malam.
“Tapi kalau ada undangan rapat di desa atau acara hajatan warga, selalu datang. Tapi, ya, tidak banyak bicara. Kalau tidak diajak bicara, ya, tidak ngomong,” tandas Sunarto.
Nur tercatat sebagai staf di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD). Dia menghilang sejak 16 November 2015. Hingga kini, Nur belum masuk kerja.
Kepala DPPKD Kudus Eko Djumartono menyampaikan, hingga saat ini, pihaknya tak dapat berkomunikasi dengan bawahannya itu. Nomor telepon seluler yang biasa digunakan Nur Asik tak lagi bisa dihubungi. “Nomor ponselnya tidak bisa kami hubungi. Sejak saat itu, kami putus komunikasi,” ujar Eko, Selasa (12/1/2016).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)