Salah satu anjungan dalam Festival Jenang 2017 di Ngarsopuro, Solo, Jateng, Jumat, 17 Februari 2017. (Foto-foto: Metrotvnews.com/Pythag Kurniati)
Salah satu anjungan dalam Festival Jenang 2017 di Ngarsopuro, Solo, Jateng, Jumat, 17 Februari 2017. (Foto-foto: Metrotvnews.com/Pythag Kurniati) (Pythag Kurniati)

Kemeriahan Festival Jenang Nusantara di Solo

solo ulang tahun
Pythag Kurniati • 17 Februari 2017 12:16
medcom.id, Solo: Puluhan ribu takir jenang dibagikan kepada masyarakat secara gratis di kawasan Ngarsopuro, Kota Solo, Jawa Tengah, Jumat, 17 Februari 2017. Pembagian 24 ribu takir jenang dalam Festival Jenang 2017 tersebut sekaligus merayakan Hari Jadi ke-272 Kota Solo.
 
Sebelum jenang (bubur) dibagikan pada masyarakat, sebuah gunungan berisi 272 takir jenang dikirab menempuh jarak 1,4 kilometer, dari Stadion Sriwedari hingga Ngarsopuro. Kirab diikuti oleh Wali Kota Solo serta jajaran Muspida Kota Solo.
 
Setibanya di kawasan Ngarsopuro, wali kota membuka secara simbolis pembagian puluhan ribu jenang pada masyarakat kota bengawan. Ketua Festival Jenang 2017, Septando Hijri Safara menjelaskan, 24 ribu takir jenang yang dibagikan terdiri dari berbagai jenang dari penjuru nusantara.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Kemeriahan Festival Jenang Nusantara di Solo
Gunungan jenang.
 
“Ada tujuh belas daerah yang bergabung bersama di sini. Antara lain Paelmbang, Lampung, Banjarmasin, Papua, Jawa Barat, Manado, dan daerah-daerah lainnya,” ungkap Septando.
 
Bagi masyarakat yang ingin mengenal jenang lebih dekat, ekspo pesona jenang nusantara di kawasan Ngarsopuro dapat menjadi tempat pemuas rasa ingin tahu. “Di sana di-display dan dikenalkan beragam jenis jenang,” lanjut dia.
 
Salah seorang pengunjung dari Boven Digoel, Papua, Petronella, 22 mengatakan, festival jenang dalam rangka hari jadi ke-272 Kota Solo sekaligus mengedukasi masyarakat mengenai makanan khas daerah.
 
“Di sini saya bisa mencoba berbagai macam jenang yang belum pernah saya rasakan sebelumnya,” papar dia.
 
Jenang dan masyarakat Jawa
 
Menggandeng jenang dalam Hari Jadi ke-272 Kota Solo bukan tanpa alasan. Sebab, 272 tahun lalu, tepatnya di era Pakubuwono II, 21 ragam jenang juga menyertai kepindahan Keraton Kartasura ke Desa Sala.
 
Selain memanjakan lidah, jenang rupanya sangat lekat dengan kehidupan masyarakat Jawa. Bahkan jenang bisa dikatakan selalu menemani di setiap babak kehidupan.
 
Kemeriahan Festival Jenang Nusantara di Solo
Pembagian jenang ke masyarakat.
 
Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Dipokusumo, salah satu kerabat Keraton Solo yang juga menjadi pembina Yayasan Jenang Indonesia memberi contoh, masyarakat Jawa biasa membuat jenang procotan sebelum melahirkan. Makanan ini menyimbolkan harapan agar ibu dan bayi sehat usai melahirkan si jabang bayi.
 
Jenang abang putih (merah putih), ungkap KGPH Dipokusumo juga sangat akrab bagi masyarakat Jawa. "Jenang abang putih itu menyimbolkan kesuburan. Merah simbol perempuan dan putih simbol laki-laki. Jenang ini menyiratkan filosofi keberadaan manusia di bumi atas kuasa Tuhan," paparnya.
 
Usai masyarakat Jawa mempunyai gawe (hajatan), biasanya mereka akan menyantap jenang sumsum. Rasanya yang gurih dan manis dipercaya mampu menghilangkan rasa kelelahan.
 
“Masih banyak lagi ragam dan filosofi jenang. Sehingga harapannya makanan ini tetap lestari dan tidak tergeser oleh keberadaan santapan-santapan modern,” tutupnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(SAN)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif