"Saya merasa setiap pagi dibangunkan Tuhan, disuruh tetap bertahan," katanya saat ditemui di kediamannya, RT 4 RW II, Tegal Bojan, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta, Senin (19/10/2015).
Ia menganggap, kejadian yang dialami itu menjadi semangat bertahan hidup. Namun, di tengah semangat itu, Frans mengaku sempat marah kepada Tuhan lantaran seperti diperlakukan tak adil.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Saya sempat merasa marah. Sudah berdoa seharian, tapi seperti tidak ada jawaban dari Tuhan. Katanya Tuhan Maha Penolong, tapi saya dibiarkan terombang-ambing di danau," kata dia.
Di hari kedua mengambang, Frans pasrah. Kepada Tuhan, Frans menyampaikan kesiapannya apabila segera dipanggil. Ia merasa sudah tak sanggup untuk hidup mengapung tanpa ada kejelasan. Dia hanya bisa meminum air danau.
Namun, doa yang Frans sampaikan seolah didengar Tuhan. Saat terbangun di hari ketiga mengampung, ia seperti melihat daratan. Frans berusaha berenang, mendekati daratan. Tak kuat berenang, Frans kembali memejamkan mata.
"Ketika bangun, saya sudah di atas kapal karet penyelamat. Di situ saya langsung mengucap syukur. Berterima kasih pada Tuhan. Ini seperti mukjizat Tuhan yang saya rasakan secara nyata," ungkapnya.
Saat ini, Frans telah berada kediamannya di Yogyakarta. Ia mengaku masih merasakan syok dan ingin menenangkan kondisi psilokogisnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)