Ahmad Musadeq merupakan pentolan organisasi Al-Qiyadah Al-Islamiyah. Saat menjadi pemimpin Gafatar, Musadeq mengaku dirinya sebagai nabi.
"Awal permasalahannya dari pengakuan Ahmad Musadeq sebagai nabi. Kemudian, sudah mencabut dan menjalani hukuman," kata Yudhistira, Rabu (20/1/2016).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Menurut Yudhistira, usai Musadeq menjalani hukuman, ia sudah menjadi orang yang merdeka dan tidak berkaitan lagi dengan pernyataan sebelumnya. Meski begitu, kegiatan Gafatar tetap disangkutkan dengan Musadeq.
"Tapi tidak masalah. Sudah tidak ada soal ajaran Al Qiyadah di Gafatar. Gafatar fokus pada kegiatan budaya dan sosial," ungkapnya.
Di Yogyakarta, Gafatar resmi terdaftar di Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) DIY pada 2010. Kemudian, mereka memiliki kantor cabang di Kabupaten Sleman, Bantul, Kulonprogo, Gunungkidul, dan Kota Yogyakarta.
Saat hendak ditindak karena tidak lapor adanya perubahan organisasi, kantor cabang Gafatar sudah kosong. Setelah itu, muncul banyak pemberitaan puluhan orang hilang diduga berkaitan dengan Gafatar.
Polda DIY mendapat 79 laporan orang hilang. Belakangan, mereka diketahui berada di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Di sana, ada kamp-kamp yang dihuni sekitar 700-an warga eks Gafatar dari berbagai wilayah.
Pagi tadi, Polda DIY telah mengirimkan 100 personel Brimob untuk menjemput mereka. Polisi menyebut ada 300-an warga DIY di Mempawah. Namun, baru 50 orang yang bakal dijemput.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)