Ketua paguyuban masyarakat penolak bandara yang tergabung dalam Wahana Tri Tunggal (WTT) Martono mengatakan benturan tak hanya terjadi sekali dua kali selama pengukuran. Bahkan hampir terjadi saat pengukuran hendak dilakukan di atas lahan warga yang menolak.
"Sering benturan. Hampir selalu kalau di (Desa) Glagah, lebih dari lima kali," kata Martono, saat dihubungi Metrotvnews.com, Jumat (18/12/2015).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Desa Glagah merupakan salah satu wilayah yang warganya cukup banyak menolak pembangunan bandara. Di desa itu beragam tulisan penolakan hampir ada di sepanjang jalan.
Martono mengutarakan proses pengukuran lahan memang didialogkan jika ada hambatan dengan warga. Namun, dialog tak ubahnya hanya meminta izin dan kerap tak menemui jalan terang serta lahan warga yang tidak setuju pun tetap diukur.
"Yang setuju ya karena diintimidasi dan diiming-iming, nanti harga tanahnya besar. Tapi (WTT) tidak akan melunak," kata dia.
Ia mengakui jika masyarakat yang menolak pengukuran kini terus berkurang. Dari yang sebelumnya 600 kepala keluarga kini tinggal sekitar 250. "Pesan saya, warga yang tanahnya mau diukur silakan (diukur), tapi untuk warga yang tidak setuju jangan dipaksakan," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)