Raja Yogyakarta itu menegaskan pengubahan nama tersebut sesuai dengan 'titah' yang didapatnya dari Gusti Allah melalui para leluhur keraton.
Setelah mendapatkan wahyu di pagi hari, Sri Sultan langsung mengumpulkan seluruh keluarga keraton, termasuk kelima putrinya.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Saya panggil seluruh putri saya. GKR Pembayun dijejerkan di depan dengan adik-adiknya yang lain," kata pria yang bernama kecil Herjuno Darpito itu.
Lalu dia memanggil GKR Pembayun maju ke depan panggung. "Di situ saya menetapkan dia. Dengan ketetapan tersebut dia berhak duduk di kursi batu gilang," ujar Sri Sultan.
Kursi batu gilang adalah kursi dari batu meteor yang hanya boleh diduduki oleh putra mahkota.
Pengubahan nama tersebut terjadi saat pembacaan dawuh raja, Selasa (5/5/2015) di Siti Hinggil Keraton Yogyakarta.
Acara pembacaan sabda raja berlansung secara tertutup untuk umum dan hanya dihadiri oleh keluarga Keraton. Namun, seluruh adik laki-laki Sultan tak hadir dalam kesempatan tersebut. Kini GKR Pembayun berubah nama menjadi Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng ing Mataram.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(BOB)
