Rohmanu Yunanto, anak Sutatik, mengaku sempat bertelepon sesaat sebelum ibunya lempar jumrah. “Ibu juga sempat meminta doa karena akan melaksanakan lempar jumrah,” ungkap pemilik sapaan Anto, 37, di toko alat pancing miliknya di kawasan Jetak Kulon, RT 02 RW 06, Tanjung, Juwiring, Kabupaten Klaten.
Sutatik, dalam kontak terakhirnya juga sempat menanyakan keadaan anak-anak Anto. Selanjutnya, mereka hilang kontak. Telepon Anto tak pernah mendapatkan jawaban.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Sempat ada yang mengangkat. Pengangkat telepon tidak bisa berbahasa Indonesia. Berulangkali hanya bilang 'Hand…hand…’ dengan tergesa-gesa,” tuturnya.
Saat itulah Anto berpikir ibunya mengalami cedera di bagian tangan. Anto juga menuturkan tidak sempat menanyakan lokasi Sutatik.
Sutatik diketuahui tergabung dalam kloter 70. Dia dinyatakan hilang dan belum kembali ke maktab hingga saat ini.
“Kabar hilangnya Ibu Sutatik ini kami terima awal bulan Oktober. Dinyatakan hilang setelah lempar jumrah aqabah sekitar pukul 09.00 Waktu Arab Saudi,” ungkap Kasubag Humas PPIH Jawa Tengah, Gentur Rachma Indriadi.
Hilangnya Sutatik, menurutnya, di luar peristiwa Mina yang terjadi 24 September 2015 lalu.
Gentur mengatakan petugas terus mengoptimalkan pencarian. “Yang dilakukan adalah optimalisasi Karu, Karom dan petugas kloter serta PPIH di sana untuk melakukan penyisiran di rumah-rumah sakit terdekat dan di maktab-maktab yang kemungkinan Ibu Sutatik tersesat di sana,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)