Jonan mengatakan, imbauan itu ditujukan agar daerah bisa lebih mandiri. Ia mencontohkan, pemanfaatan sungai sebagai pembangkit listrik di daerah.
“Kalau ada sungai itu ya bikin paling minim pembangkit listrik tenaga air. Kalau toh kecil enggak apa-apa mikro hidro atau mini hidro yang satu Mega Watt, dua Mega Watt,” ungkap Jonan, Sabtu, 5 Agustus 2017.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Contoh kedua yakni pemanfaatan tenaga surya. “Seperti memakai panel surya untuk mengaliri listrik di rumah-rumah,” imbuhnya.
Kedua contoh tersebut, lanjut Jonan, adalah pemanfaatan energi yang mudah dilakukan oleh masyarakat. “Karena teknologinya sudah tersedia dan harga relatif terjangkau,” jelas dia.
Berbeda dengan pembangkit listrik tenaga angin yang masih harus melihat potensi di daerah tersebut. “Kalau angin mungkin tidak semua daerah bisa,” kata Jonan.
Ia memaparkan, saat ini tercatat masih ada 2.519 desa di Indonesia yang belum teraliri listrik. Ditambah lagi ada 11 ribu desa yang memiliki listrik ala kadarnya. “Artinya, satu desa misalnya empat atau lima dusun yang ada listrik hanya satu dusun,” paparnya.
Secara bertahap pemerintah pun berupaya untuk mengejar pemerataan listrik. Salah satunya dengan pemasangan panel surya.
“Akan dipasang solar panel di desa-desa. Tahun 2017 targetnya kurang dari 100 ribu rumah telah dipasang (solar panel) dan pada 2018, 255 ribu rumah mungkin selesai terpasang,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ALB)