“Saya diajak bersama dengan regu saya untuk berangkat pagi hari. Jam tujuh kami berangkat. Saya bahkan sempat sarapan mi instan,” Sri mengawali ceritanya, Kamis (22/10/2105).
Bersama 11 orang di kelompoknya, Sri menuju lokasi lempar jumrah dengan saling bergandengan tangan. Tak disangka, dari arah berlawanan, sekelompok orang berpostur besar dan berkulit hitam menerjang.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
“Posisi saya berdiri tapi terjepit. Kalau saya jatuh mungkin saya meninggal dunia,” katanya.
Sri mengatakan sejauh mata memandang tampak orang-orang yang terjepit, saling injak dan mayat bergelimpangan. Suara jeritan-jeritan pun ia dengar saat itu. Belum usai rasa takjubnya, tiba-tiba kaki Sri tertimpa mayat dan sama sekali tidak bisa ia angkat.
“Orang yang menimpa saya itu sangat besar, saya mengangkat tangannya saja tidak bisa. Selain tertimpa, kaki saya juga terinjak-injak,” imbuhnya.
Kondisi seperti itu berlangsung beberapa jam. Sri juga mengungkapkan, kepalanya sempat dijadikan pijakan kaki orang lain. “Setelah itu saya pingsan dan baru sadar sekitar pukul 02.00 (Waktu Arab Saudi),” ungkap Sri.
Akibat kejadian itu, Sri belum sempat menunaikan lempar jumrah. Setelah kejadian, Sri mengaku kakinya mati rasa selama beberapa hari. Bahkan, nyeri akibat tragedi Mina masih terasa di kakinya hingga kini.
Meski begitu, Sri patut bersyukur karena bisa bertemu keluarga di Tanah Air. Sebab, delapan orang temannya di kloter 62 dinyatakan tewas dalam musibah tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)