Adalah Alisa Wahid Qotrunnada Munawaroh atau Alisa Wahid dan tiga temannya yang menggagas kegiatan tersebut. Ia mengaku kegiatan itu sebagai bentuk keresahan atas berbagai tindakan yang mengancam kerukunan dan persatuan bangsa.
Ujaran kebencian yang beredar di sosial media membuat Alisa dan rekan-rekannya prihatin. Sebab ujaran-ujaran itu justru membuat masyarakat tak tenang.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Makanya kami merasa perlu bertanya kepada sesepuh bangsa. Bagaimana kita sebagai pemuda menyikapi situasi kritis bangsa ini. Apalagi kan Ramadan, sehingga saya rasa tepat momennya," kata putri sulung Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur itu di University Club UGM Yogyakarta Jumat 26 Mei 2017.
Keresahan itu dijawab oleh beberapa tokoh yang hadir. Para tokoh mewakili berbagai agama, etnis, dan suku di Indonesia.
Menurut Alisa, bangsa Indonesia membutuhkan percikan kearifan dan inspirasi dari sosok bangsa yang menghormati keberagaman. Sehingga perjalanan sejarah bangsa dapat terjaga.
Adapun tokoh yang dihadirkan dalam kegiatan tersebut di antaranya mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syafii Maarif, istri Presiden ke-4 RI Sinta Nuriyah Wahid, tokoh gereja Katolik Yulius Kardinal Darmaatmadja, Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pendeta Gomar Gultom, Ida Bagus Agung, dan Bhikku Nyana Suryanadi.
Kegelisahan Alisa itu dijawab oleh Sinta Nuriyah. Di depan audiens, Sinta pun menyampaikan pesan.
"Mari para pemuda Indonesia rapatkan barisan untuk melawan kezaliman dan upaya perpecahan bangsa," ujar Sinta Wahid di tengah-tengah acara.
Menurut Syafii Maarif, pemerintah perlu memerhatikan keresahan masyarakat. Pemerintah memiliki wewenang untuk mempertegas suara menentang sikap-sikap intoleransi yang dapat merusak kesatuan bangsa.
"Bila tak berhati-hati, maka perpecahan seperti Timur Tengah akan terjadi di Indonesia. Tapi, Indonesia masih bisa diselamatkan bila pemerintah mau mendengarkan masukan kami," tegas Syafii Maarif.
Seruan dan masukan itu disampaikan Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Abdul Munir Mulkan. Seruan itu terangkum dalam lima poin, yaitu:
1. Semua elemen bangsa, khususnya Pemerintah, harus melakukan penyadaran bagi semua pihak tentang pentingnya persatuan dalam Indonesia yang bhinneka, dan mendudukkan Pancasila sebagai kepribadian bangsa untuk semua generasi.
2. Pemerintah harus bersikap tegas dan bijaksana dalam menanggapi situasi yang menjurus pada keretakan persatuan dan segera bertindak mengutamakan keselamatan bangsa dan negara.
3. Pemerintah harus memiliki sikap dan bahasa yang sama dalam menghadapi berbagai tantangan hidup berbangsa dan bernegara.
4. Pendidikan politik dan sejarah kebangsaan perlu dikuatkan kembali, baik kepada para politisi maupun semua elemen bangsa, demi keselamatan dan masa depan bangsa.
5. Perlu dibangun persaudaraan sejati dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, demi terjaganya persatuan dan kesatuan bangsa.
Abdul Munir menambahkan tak ada agama yang mengizinkan kekerasan pada semua makhluk ciptaan Tuhan. Bahkan, semua agama mewajibkan penerimaan dan penghormatan pada orang lain.
Peran Anak Muda
Dalam kesempatan itu, Syafii Maarif pun meminta peran anak-anak muda untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Menurut Syafii Maarif, anak-anak muda bebas mengemukakan pendapat bila menemukan sesuatu yang tidak benar.
"Jangan diam. Kalau melihat sesuatu yang tak benar. sampaikanlah. Tapi dengan cara damai, baik, dan tegas," kata Syafii Maarif.
Menurut tokoh budaya Engkus Rusmana, Indonesia mengalami kegalauan demokrasi. Kegalauan itu berujung pada sikap saling memusuhi. Sehingga kelompok radikal pun dengan mudah muncul di tengah masyarakat.
Pancasila melemah. Sebab, kata Engkus, nilai-nilai Pancasila berkurang.
"Di sisi lain pemerintah disusupi kelompok radika. Sehingga banyak melahirkan generasi muda seperti itu (radikal)," ujar Engkus.
Tokoh umat Hindu Ida Bagus Agung mengatakan, nilai-nilai Pancasila dapat disebarluaskan melalui kegiatan pendidikan Pancasila. Anak-anak muda pun dikenalkan mengenai kearifan lokal. Sehingga anak-anak muda memiliki kepekaan untuk mengatasi konflik dengan mengedepankan persatuan Bangsa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)
