Utusan Sri Sultan ini menyampaikan ubo rampe atau kelengkapan upacara. Ubo rampe itu diterima Pengageng Widyo Budoyo--salah satu instansi di lingkungan Keraton Yogyakarta yang mengurusi penyelenggaraan upacara tradisi--dan kemudian diikuti dengan doa yang dilantunkan abdi dalem kaji.
Pelaksanaan kegiatan ini ditandai pula dengan gejog lesung. Wajik yang ditumplakkan tersebut nantinya digunakan untuk membuat Gunungan Wadon yang juga memiliki bahan dasar ketan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Pada prosesi tumplak wajik kali ini Sultan diwakili dua putrinya yakni GKR Mangkubumi yang merupakan puteri tertua dan GKR Bendhara yang merupakan puteri termuda. Kedua puteri tersebut tampak anggun mengenakan kebaya biru muda dan merah muda.
Prosesi tumplak wajik untuk garebe Sawal 1947 AJ (tahun Jawa) ini dimulai pukul 16.00 WIB dan berakhir 15 menit kemudian. Abdi dalem puteri pun langsung ambil bagian melumuri badan dan wajah dengan Dlingo Bengle yakni parutan empon-empon yang berwarna kuning. Mereka percaya ramuan tersebut bisa memperindah kulit dan membuat awet muda.
GKR Mangkubumi usai prosesi mengatakan Tumplak Wajik ini dimaksudkan untuk meminta berkah sebelum memulai rangkaian pembuatan gunungan.
"Gunungan ini nantinya untuk acara grebeg, maknanya sebelum dibuat ada doa dulu memohon keselamatan dan restu sebelum memulai prosesi pembuatan gunungan, itu intinya," kata dia.
Kalender Jawa Sultan Agungan yang digunakan Keraton Yogyakarta menetapkan 1 Sawal 1947 AJ Windu Sengoro Jimakir bertepatan dengan hari Kamis Pon 1 Juli 2016.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)