Seorang pengrajin batik tengah membubuhkan corak dengan canting di Bangkalan, sumber foto: Metrotvnews.com/ Agus Josiandi
Seorang pengrajin batik tengah membubuhkan corak dengan canting di Bangkalan, sumber foto: Metrotvnews.com/ Agus Josiandi (Agus Josiandi)

Bangkalan Butuh Pabrik Tekstil

tekstil
Agus Josiandi • 22 Februari 2015 14:27
medcom.id, Bangkalan: Produk batik Madura khas Bangkalan, Jawa Timur, masih menjadi komoditas unggulan daerah tersebut. Sayangnya pertumbuhan industri batik Bangkalan tak dibarengi dengan keberadaan pabrik tekstil. Hingga akhirnya, harga batik Bangkalan terbilang mahal.
 
Nama batik madura khas Bangkalan tak hanya bergema di pasar domestik. Namanya pun mulai dikenal di pasar internasional. Pemerintah kabupaten pun mulai memerhatikan industrinya.
 
Namun harga jualnya kalah bersaing dengan batik dari wilayah lain di Indonesia. Harga paling murahnya Rp60 ribu selembar. Sementara harga paling mahal bisa mencapai Rp25 juta per helai, untuk jenis batik Gentongan.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Pengrajin batik mengaku ongkos produksi mahal. Alasannya, mereka mendatangkan kain dari luar wilayah Bangkalan.
 
"Kami untuk kain selama ini mendatangkan dari berbagai wilayah mas, biasanya sih dari Surabaya atau kadang dari Pekalongan. Jadi harga kain jadi lebih mahal begitu juga dengan harga batiknya," ujar Rofiah, seorang pengrajin batik asal Desa Telaga Biru, Tanjung Bumi, Bangkalan, Minggu (22/2/2015) siang.
 
Para pengrajin, kata Rofiah, membutuhkan pabrik tekstil di daerah Bangkalan. Sehingga biaya produksi dapat ditekan dan harga jual kain batik pun lebih terjangkau
 
"Kita kan masih harus mendatangkan dari wilayah luar, sehingga harga kain menjadi sangat mahal. Beda seperti solo dan pekalongan yang memiliki pabrik kain sendiri sehingga harga batik mereka jauh lebih murah," terangnya.
 
Kepala Bidang Sarana dan Produksi Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bangkalan, Iskandar Ahadiyat, pun menyadari masalah itu. Ia mengakui industri tekstil terkendala dengan tidak adanya pabrik kain di kabupaten itu.
 
Lantaran itu, Iskandar mengimbau pengrajin dapat menonjolkan ciri khas lain untuk mengurangi harga produksi. "Harapan kami  untuk pengrajin bisa lebih kreatif mengembangkan   motif dan corak. selain itu, pengrajin juga diharap mampu menyesuaikan pasar terlebih masalah harga, karena diketahui bersama bahan baku batik masih didatangkan dari daerah luar. Khusus terkait muatan  lokal, saya himbau agar para pengrajin tidak  menghilangkan ciri khas kedaerahan,  tetap batik tulis  dengan bahan alami jangan printing," harapnya.
 
Ahadiyat mengatakan pengrajin batik di Bangkalan mencapai lebih 2.000 orang. Jumlah itu meningkat dibanding empat tahun lalu yang hanya berjumlah 1.200 orang.
 
Menyadari kekurangan itu, Iskandar memberi peluang pada investor untuk mendirikan pabrik tekstil di Bangkalan. Namun tentunya, pembangunan pabrik tekstil harus mengantongi izin dari pemerintah setempat.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(RRN)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif