Joko Pribadi, pelaku usaha sandal dan sepatu, mengatakan mampu memproduksi 200 pasang sandal setiap bulan. Harga jualnya berkisar Rp150 hingga Rp750 ribu per pasang. Joko mengaplikasikan bahan dari kulit, batik, songket, dan tenun pada produknya.
Tapi, ia hanya melayani pemesanan via online. Sehingga jumlah produksi disesuaikan dengan banyaknya pemesanan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Joko mengaku tak khawatir dengan MEA. Ia mengaku sudah memiliki pangsa pasar. Namun yang paling penting, ungkapnya, ia menjaga kualitas dan pelayanan terbaik untuk konsumen.
"Tidak masalah, kami punya keunggulan sendiri dari produksi yang kami buat, yakni dibumbui topeng malangan di bagian depan sandal. Makanya kami optimistis bisa bersaing dengan produk luar sekalipun harganya lebih murah," kata Joko saat ditemui Metrotvnews.com di tempat kerjanya di Kelurahan Polehan, Kota Malang, Selasa (12/1/2016).
Ia mengaku belum mendapat sosialisasi maupun pendampingan dari pemerintah terkait MEA. Ia berharap pemerintah membatasi produk luar masuk ke daerah. Sehingga pelaku usaha kecil tak gulung tikar.
Pemerintah, harapnya, sebaiknya juga memberikan bantuan modal. Pelaku UKM juga membutuhkan pasar untuk mempromosikan produk masing-masing.
"Kami harap ada kepedulian lebih ke depannya. Bisa berupa penyuluhan dan sebagainya," harap pria berusia 48 tahun ini.
Hal senada diungkapkan pelaku usaha lainnya, Sasa. Sebagai pelaku usaha sepatu patut waswas menghadapi MEA. Pasalnya, harga produk luar negeri lebih murah. Tapi kualitasnya tak menjamin.
Sedangkan harga produk lokal cukup mahal. Sebab, kata Sasa, harga bahan bakunya tinggi.
"Masyarakat kan sukanya barang-barang murah, ini yang kami khawatirkan. Optimistis saja bisa bersaing, tapi peran dan campur tangan pemerintah diharapkan," ungkap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)