"Sejak berdirinya Jembatan Suramadu, pendapatan operator kapal turun drastis," kata Kepala Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan (DLLAJ) Jatim, Wahid Wahyudi, Kamis (7/1/2016).
Wahid tak mengungkap berapa kerugian atau penurunan pendapatan opertor transportasi jalur laut itu. Dia hanya mengatakan 12 dari 18 kapal yang sebelumnya beroperasi sudah gulung tikar alias tutup tak beroperasi lagi sejak berdirinya Suramadu. "Sekarang tinggal enam kapal yang beroprasi," kata Wahid.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Sejak itu, kata Wahid, pihaknya langsung berkirim surat ke Dirjen Kementrian Perhubungan Darat untuk mengalihkan izin kapal penyeberangan. Dari semula lintas komersial menjadi lintas pelayanan. Tujuannya, agar ada subsidi dari pemerintah untuk para operator kapal tersebut.
“Kalau menjadi lintas pelayanan, maka kapal-kapal itu tidak hanya melayani penyebrangan Ujung-Kamal. Mereka bisa berekspansi dengan membuka rute baru. Misalnya, dengan membuka pelayaran wisata di sekitar kaki Suramadu. Lebih penting lagi, akan ada subsidi untuk mereka,” tegasnya.
Usulan perubahan izin sebenarnya sudah disampaikan cukup lama saat jembatan Suramadu beroperasi. Namun, usulan tersebut belum mendapat respon. “Ini yang akan kami upayakan terus. Sebab, kasihan operator rugi terus,” kata pria yang juga Pj Bupati Lamongan ini.
Ke depan kawasan kaki Jembatan Suramadu akan dibangun obyek wisata laut seluas 300 hektare dan diharapkan bisa menghidupkan kembali penyeberangna Ujung-Kamal. "Agar mereka tidak lagi merugi karena tidak hanya bergantung dari jasa penyeberangan," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)