Supervisor Operasional PT ASDP Ujung-Kamal, Chairil Anwar, mengaku pemberlakuan itu mengakibatkan potensi kerugian. "Jelas operator swasta kan orientasinya profit mas, jadi sangat mungkin mereka akan pergi jika terus mengalami kerugian, beda dengan kami yang BUMN, walaupun merugi masih ada upaya lain berupa subsidi silang dari cabang lain," terang Chairil, Kamis (18/6/2015).
Sejak beroperasinya Suramadu pada 2009, Chairil menjelaskan sedikit demi sedikit armada penyeberangan milik perusahaan swasta meninggalkan pelabuhan. Padahal, dulunya, pelabuhan itu menjadi pintu utama dari dan menuju Madura.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Sekarang tinggal 5 armada saja, padahal dulu jumlahnya belasan," imbuh Chairil.
Chairil mengatakan lima armada melayani penyeberangan Ujung-Kamal. Dua di antaranya adalah armada milik PT ASDP.
"Terakhir kemarin PT Jembatan Madura menarik satu armadanya. Sehingga sekarang hanya ada 3 armada swasta, 2 milik PT Dharma Lautan, satu lagi milik PT Jembatan Madura," papar Chairil.
Menurut pihak PT ASDP selaku operator pelabuhan, selama setahun kemarin pihaknya mengalami kerugian sebesar 11 milyard rupiah. Kondisi ini diduga akan semakin parah, sehubungan dengan pemberlakuan tarif gratis untuk roda dua di Jembatan Suramadu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)