Seperti biasa, acara yang mengangkat lokalitas selalu menyedot perhatian masyarakat. Ribuan pengunjung rela berdesakan untuk melihat festival tersebut. Di antaranya terlihat sibuk mengabadikan momen menggunakan kamera ponsel. Bahkan ada juga yang menggunakan kamera digital untuk mengambil gambar.
Dalam kegiatan ini, sebanyak 17 grup Tan Pangantanan ikuk andil. Mereka semua dari kalangan siswa Sekolah Dasar (SD). Sementara Saronen diikuti 5 grup musik.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Peserta dari SD Katolik Sang Timur, Yessica, mengaku bahagia bisa mengikuti pawai budaya tersebut, terlebih hal itu merupakan rangkaian perayaan hari ulang tahun kabupaten Sumenep.
"Sangat senang bisa ikut pawai ini. Apalagi ini kan satu tahun sekali," kata Yessica.
Dia berharap tahun depan bisa mengikuti kegiatan serupa, karena merasa sangat senang. Selain itu, dia juga mengaku baru tahu Tan Pangantanan merupakan budaya khas daerahnya sendiri.
Sementara Kepala Disparbudpora Sumenep, Sufianto, menjelaskan kegiatan tersebut diadakan untuk menanamkan nilai budaya tradisional kepada anak-anak. Hal itu dianggap perlu karena untuk membekali anak-anak tentang pengetahuan budaya tradisional, sehingga kekayaan budaya tersebut dijaga untuk masa mendatang.
Selain itu, kata Sofi, masyarakat luas perlu mengetahui wujud khas pengantin Sumenep, karena ada ciri khas yang ditampilkan dalam balutan busana yang dikenakan. Sehingga jika ada masyarakat yang ingin tahu secara pasti bagaimana bentuk pengantin tersebut, bisa langsung melihat pakaian yang dikenakan para siswa tersebut.
"Kami juga ingin mengembangkan bakat, minat dan kreaitivitas pegiat musik Saronen," imbuh Sofi.
Selebihnya, mantan Kabag Humas Pemkab Sumenep itu mengaku ingin menyukseskan HUT Sumenep dengan kegiatan tradisional. Karena dengan kegiatan tradisional itu, dia menganggap kesempurnaan rangkaian HUT Sumenep akan semakin terasa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ALB)