"Kalau dari jumlah desa kekeringan, memang ada penurunan dibandingkan musim lalu," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumenep, Abd. Rahman Riadi, Senin, 20 Agustus 2018.
Rahman pun mengungkapkan penyebab berkurangnya kekeringan tersebut. Katanya, desa-desa yang masuk kering langka dilakukan pengeboran dan pipanisasi, sehingga desa tersebut teraliri air. Dia bersyukur masyarakat di desa-desa tersebut saat ini sudah tidak kesulitan air bersih.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Sejauh ini, Rahman mengatakan 27 desa kekeringan itu tersebar di 10 kecamatan. Sebanyak 17 di antaranya merupakan kering langka dan 10 desa lainnya kering kritis. Rahman meyakinkan luas wilayah tidak akan bertambah.
Hanya saja Rahman mengatakan volume pengiriman air bersih ke desa-desa terdampak kekeringan bakal bertambah bila kekeringan tidak segera berakhir. Berdasarkan rilis dari pihak berwenang, dia menjelaskan puncak kemarau diprediksi terjadi pada September mendatang. Dia berharap akhir Agustus ini mulai turun hujan.
"Kita berharap mudah-mudahan akhir Agustus ini kemarau sudah berakhir," harapnya.
Dia melanjutkan wilayah paling banyak minta kiriman air adalah Kecamatan Pasongsongan, Kecamatan Batu Putih, dan Kecamatan Batang-batang. Rahman mengaku sudah mengimbau warga menggunakan air tersebut untuk konsumsi dan kebutuhan harian lainnya.
Bukan digunakan untuk lainnya seperti menyiram tembakau," ujar Rahman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ALB)