Seorang fotografer, Januar Herwanto, mengaku takjub melihat festival tersebut. Masyarakat antusias menikmati busana yang ditampilkan peserta. Jika dikonsep dengan maksimal, Januar yakin festival tersebut akan menyaingi carnival serupa di Banyuwangi dan Jember.
"Luar biasa spektakuler. Andai konsepnya lebih matang lagi," kata Januar, Senin 13 November 2017.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Januar meyakini penampilan peserta bakal menyulut kreativitas warga lain. Karenanya, dia menyarankan agar digelar festival busana yang lebih besar, dan nama event yang lebih familiar di telinga masyarakat.
Sementara Bupati Sumenep, A. Busyro Karim, berharap ke depan festival serupa diadakan dengan konsep lebih matang dan meriah, sehingga banyak peserta yang tertarik untuk menampilkan hasil kreasinya. Kurang matangnya konsep bisa dilihat dari jumlah peserta yang ikut bersaing menunjukkan kreativitasnya.
"Bikin yang lebih meriah. Kita bisa rangsang sekolah untuk menunjukkan kebolehannya merancang busana," ungkap dia.
Dalam festival busana unik itu, peserta sejumlah 39 orang diwajibkan menggunakan pakaian dari rangkaian daun siwalan atau kelapa, serabut kelapa, rumput laut, dan wajib menggunakan batik dan keris khas Sumenep. Para peserta berjalan sejauh 1 kilo meter dari garis strat di depan Masjid Jamik, Kelurahan Bangselok, menjuju finish di kampung baru Desa Pangarangan, Kecamatan Kota.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ALB)