“Penyakit ini menular dan termasuk infeksi serius dengan potensi mengancam jiwa. Makanya harus dicegah,” kata Pakde Karwo, di Surabaya, Selasa, 12 Desember 2017.
Baca: 187 Desa di Jatim KLB Difteri
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Pakde Karwo meminta Puskesmas menjadi fasilitas kesehatan terdekat bagi masyarkat untuk melakukan sosialisasi secara aktif terkait difteri. Sebab, kata dia, penyakit ini dapat menyebabkan kematian jika masyarakat minim pengetahuan soal difteri.
"Puskesmas juga harus mencari tau dari penyebabnya, penyebarannya. Angin dan kondisi bencana seperti banjir dan lainnya ini bagaimana mengantisipasinya," ujarnya.
Tak hanya itu, Pakde Karwo mengaku juga sudah memerintahkan agar Dinas Kesehatan Jatim turun ke lapangan mengecek kondisi terkini KLB difteri di Jatim. Pemprov Jatim, kata Pakde Karwo, akan menyiapkan keperluan belanja untuk hal itu.
"Ini (Dinkes) konsolidasi terus. Saya sudah perintahkan untuk turun mengecek ke lapangan," ujarnya.
Selain itu, menurutnya, selalu ada perkembangan dari bakteri penyebab difteri yang memerlukan riset lebih dalam dari kalangan medis untuk menentukan penanganan yang tepat. “Prinsipnya, inveksi bakteri difteri berkaitan dengan pola hidup masyarakat,” katanya.
Sebelumnya, Dinkes Jatim menetapkan sekitar 187 desa di 35 kabupaten/kota di Jatim mengalami KLB difteri. Sepanjang 2017, sebanyak 318 kasus difteri yang menyebabkan 12 anak meninggal.
Kasus terbanyak ditemukan di Kabupaten Pasuruan sebanyak 46 kasus Difteri, disusul Kabupaten Sampang 31 kasus, Gresik 26 kasus, Nganjuk 19 kasus, dan Surabaya 18 kasus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ALB)