Koordinator korban lumpur Sidoarjo, Abdul Fattah mengatakan tahun ini sudah memasuki tahun ke-13 peristiwa semburan lumpur Sidoarjo yang terjadi pada 2006 silam. Insiden maut yang menggemparkan warga Sidoarjo hingga kini masih menjadi catatan kelam.
"Hanya doa bersama dengan warga yang terdampak luapan lumpur Sidoarjo," ujar Abdul Fattah, Kamis, 30 Mei 2019.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Menurutnya, doa bersama ditujukan agar warga tetap diberi keselamatan dan dijauhkan dari mara bahaya. Di samping itu, ia juga mendoakan agar pemerintah bisa memberikan talangan ganti-rugi yang sampai saat ini masih belum terbayarkan.
"Masih ada 103 korban, 20 perusahaan yang belum terbayar lunas. Harapannya pemerintah bisa membantu kesulitan warga korban lumpur," ungkap dia.
Meski demikian, ada beberapa warga sudah menerima sebagian ganti rugi. Ia mencontohkan dirinya masih tersisa Rp236 juta yang belum terbayarkan.
"Kalau punya warga ada yang masih kurang Rp2 miliar, Rp4 miliar, macam-macam. Kalau punya saya sendiri kurang Rp236 juta karena ada sebagian lahan saya yang masih belum dibayar,” katanya.
Secara total diperkirakan jumlah kekurangan ganti rugi korban mencapai Rp8 miliar. Ia berharap pemerintah bisa membantu untuk menalangi ganti-rugi korban terdampak yang disebabkan semburan lumpur Sidoarjo.
"Sebulan sebelum pilpres kemarin sebenarnya kita sudah mendapat info dan ketemu langsung dengan Menteri PU dan Wantimpres terkait persoalan ganti-rugi. Katanya akan diselesaikan dan disampaikan ke Pak Presiden melalui Wantimpres. Nah, ini akan kami tagih kembali. Mudah-mudahan pemerintah bisa menyelesaikan itu," tutup Abdul.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(HUS)