"Kami welcome kepada warga saya, siapapun mereka tidak akan dikucilkan," kata Edi, di sekitar Transito Disnakertransduk Jatim, Surabaya, Senin (25/1/2016).
Edi mengungkap, Agus yang tinggal di Margorejo Tangsi, Surabaya, menempati rumah warisan orang tuanya. Agus telah meninggalkan kediamannya sejak 2014 silam.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Agus dulu bekerja di ekspedisi di Surabaya. Dia meninggalkan rumahnya sejak 2014 silam, tapi sekarang masih ada saudaranya yang menempati rumahnya," katanya.
Ketua RW itu mengaku kaget, saat mengetahui salah satu warganya bergabung dengan Gafatar. Pasalnya, sosok Agus dikenal ramah dan mudah bergaul dengan tetangga sekitar. Dia merasa, Agus dan keluarganya tidak memiliki masalah dengan lingkungannya. Selain itu, dia baru tahu Agus bergabung dengan Gafatar saat ada insiden pembakaran dan pengusiran pemukiman Gafatar di Kalimantan Barat.
Walhasil, dia meminta kepada warganya untuk bisa menerima Agus dan keluarganya kembali. "Saya rasa tidak ada masalah di kampung kami, semua aman saja, karena kami juga kerjasama dengan babinsa sekitar dan sudah kami sampaikan pesan tersebut kepada warga sekitar agar kedepan warga bisa bertegur sapa saling mengajak kumpul," harapnya.
Kini, Agus beserta istri dan anaknya masih berada di Asrama Transito Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Kependudukan Jawa Timur. Diketahui, letak asrama itu pun tidak jauh dari kediaman Agus di Jalan Margorejo Tangsi, Surabaya. Jaraknya sekira 300 meter dari tempat tinggal ayah tiga putra itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(LDS)