Petugas menunjukkan bangunan asli rumah bekas jejak perjuangan Bung Tomo di Surabaya sebelum dibongkar, Ant - Zabur Karuru
Petugas menunjukkan bangunan asli rumah bekas jejak perjuangan Bung Tomo di Surabaya sebelum dibongkar, Ant - Zabur Karuru (Amaluddin)

Pembangunan Rumah Jejak Bung Tomo Butuh Batu Bata Besar

bangunan bersejarah
Amaluddin • 12 Mei 2016 13:35
medcom.id, Surabaya: Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan membutuhkan bahan bangunan khusus untuk membangun kembali rumah yang menjadi saksi bisu perjuangan Pahlawan Nasional Bung Tomo di Surabaya, Jawa Timur. Satu di antaranya menemukan batu bata yang ukurannya lebih besar ketimbang bata modern.
 
Anggota Tim BPCB Trowulan, Widodo, mengatakan rumah di Jalan Mawar Nomor 10 Surabaya itu merupakan warisan kolonial Belanda. Arsitekturnya bergaya kolonial.
 
"Itu sesuai dengan hasil observasi kami. Beberapa bukti menyebutkan rumah itu dibangun di era penjajahan Belanda," kata Widodo di Surabaya, Kamis (12/5/2016).

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Salah satu buktinya adalah penggunaan batu bata berukuran panjang 23 Centimeter. Batu bata itu memiliki lebar 11 Cm dan tebal 5,3 Cm.
 
Warna batu bata yaitu merah tua. Cara merekatkan batu bata itu menggunakan semen merah yang dicampur dengan pasir dan gamping atau kapur.
 
Sementara di era modern, ukuran batu bata lebih kecil. Yaitu panjang 19 Cm, lebar 9,5 Cm, dan tebal 5 Cm. Warna batu bata modern yaitu orange dan cara merekatkannya dengan semen, pasir, dan gamping.
 
"Batu bata berukuran besar itu adanya di era Belanda," ungkap Widodo.
 
Ia mengaku mendapat informasi itu setelah melihat reruntuhan bangunan. Menurut Widodo, tembok bangunan tak langsung hancur meski diruntuhkan. Sehingga petugas dapat mengetahui susunan pemasangan batu bata.
 
"Kalau rumah zaman sekarang, dindingnya dirobohkan, batu batanya akan langsung lebur," ujar Widodo.
 
Kekhasan lain yaitu tegel atau ubin pada lantai yang mencirikan rumah dibangun di era penjajahan. Pondasinya pun menggunakan pasir, bukan tanah.
 
Pembangunan Rumah Jejak Bung Tomo Butuh Batu Bata Besar
(Bagian depan bangunan Stasiun Surabaya Kota atau yang biasa disebut dengan Stasiun Semut, istimewa)
 
"Temuan itu didapat setelah kami bandingkan dengan bangunan Stasiun Semut (Stasiun Surabaya Kota) peninggalan kolonial. Hasilnya sama," lanjut Widodo.
 
Lantaran itu, kata Widodo, Pemerintah Kota Surabaya harus mencari bahan yang sama untuk membangun kembali rumah yang masuk dalam cagar budaya itu. 
 
Sebelumnya, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surabaya Wiwiek Widyawati membenarkan pemilik lahan akan membangun kembali rumah bekas radio yang menyiarkan perjuangan Bung Tomo. 
 
Saat ini, proses pembangunan cagar budaya masih menunggu tim meneliti secara detail bahan-bahan untuk rumah tersebut. Penelitian itu dilakukan di lokasi bangunan dan mengumpulkan arsip-arsip. Setelah menemukan bahan yang cocok, proses rekonstruksi memasuki penghitungan anggaran. 
 
Pada Selasa, 3 Mei 2016, bangunan cagar budaya bekas stasiun Radio tempat Bung Tomo menyiarkan perjuangan rakyat Surabaya melawan sekutu atau penjajah Belanda, telah dibongkar dan kini rata dengan tanah.
 
(Lihat video: Tempat Bung Tomo Siaran Kemerdekaan Rata dengan Tanah)
 
Pembongkaran rumah itu menuai aksi protes. Sebab bangunan termasuk dalam status cagar budaya. Satu di antaranya Bambang Sulistomo, putra Bung Tomo, yang menggelar aksi protes bersama rekan-rekannya pada Senin 9 Mei 2016. Bambang juga melaporkan kejadian itu ke polisi.
 
(Baca: Stasiun Radio Dibongkar, Putra Bung Tomo Lapor ke Polisi)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(RRN)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif