Tumpukan barang bekas seperti botol air mineral, popok, kantong plastik, juga dedauan berjejalan di pantai. Air pantai yang mestinya bening, terlihat keruh. Tumpukan sampah itu membentang dari Desa Kalianget Timur ke Desa Pinggir Papas, Kecamatan Kalianget.
Beberapa warga akhirnya berinisiatif membersihkan tumpukan sampah itu. Karena selain sudah mencemari pantai, tumpukan sampah juga menebarkan bau busuk.
Seorang warga, Sarkawi, menuturkan bahwa di wilayah tersebut tidak ada tempat pembuang akhir (TPA). Akibatnya warga tanpa beban membuang sampahnya ke laut yang mengakibatkan pencemaran lingkungan. Bagi sebagian warga yang sudah menyadari dampak tumpukan sampah itu, kata Sarkawi, berinisiatif mengangkat sampah ke atas.
“Di hari sampah nasional ini memang sengaja saya mengajak waga lain bersih-bersih lingkungan. Saya bersyukur ternyata banyak masyarakat yang memiliki pemikiran yang sama, sehingga rela mencebur ke laut untuk mengangkat sampah,” terangnya, Selasa, 21 Februari 2017.
Hanya saja, upaya membersihkan pantai itu tidak maksimal, karena tumpukan sampah sudah kadung menggunung. Butuh alat berat untuk mengangkat semua sampah yang ada di air.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Karenanya, kata Sarkawi, warga hanya mengambil sampah yang ada di permukaan air laut saja. Sampah yang tidak bisa diangkat menggunakan tangan, dibiarkan begitu saja.
“Jika sampah itu nanti kering, akan langsung dibakar,” terangnya.
Sarkawi melanjutkan, Kecamatan Kalianget merupakan wilayah tertua di Kabupaten Sumenep. Karenanya dia berharap kesadaran warga memelihara kebersihan terus dirawat. Jika tidak, maka label ‘Kota Tua’ untuk Kecamatan Kalianget akan berubah ‘Kota Sampah’.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)