Satu di antaranya Ponimah asal Pasuruan. Kematian Angeline menggugah hati ibu tiga anak itu. Ia pun datang dari Pasuruan bersama beberapa temannya. Mereka menyewa sebuah mobil untuk mendatangi rumah duka di Dusun Wadungpal, RT 5, RW 3, Desa Tulungrejo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi.
"Kasihan anak kecil diperlakukan kayak begitu," kata perempuan berusia 50 tahun yang juga membawa tiga anaknya ke rumah duka.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Tak sekadar berduka, Ponimah dan teman-temannya mengantar Angeline ke pemakaman. Ponimah pun tak mampu menahan air matanya ketika menyaksikan Angeline tiba di rumah duka lalu dibawa ke peristirahatan terakhirnya.
Erna, perempuan asal Jember, pun menangis saat melihat peti berselubung kain hijau yang berisikan jenazah bocah malang itu. "Enggak tega," ungkapnya sambil mengusap air mata yang menetes di pipinya.
Seorang warga Banyuwangi, Khotimah, pun datang bersama suaminya. Keduanya rela mengendarai sepeda motor menempuh jarak sekitar 30 Kilometer khusus menghormati Angeline.
Sementara itu, ratusan polisi bersiaga di sekitar rumah duka hingga pemakaman. Mereka berjaga-jaga di antara ribuan pelayat yang memberikan penghormatan terakhir untuk Angeline. Selain polisi, anggota TNI pun bersiaga mengamankan lokasi.
Hari ini, Angeline pulang. Tapi, ia dalam kondisi tak bernyawa. Kepulangannya justru menghadirkan tangis. Sebab Angeline menjadi korban pembunuhan. Ia dinyatakan hilang lalu ditemukan meninggal pada 10 Juni 2015. Mirisnya, jasad Angeline ditemukan terkubur di belakang rumah ibu angkatnya, Margriet C Megawe,d i Jalan Sedap Malam, Denpasar, Bali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)
