Yahmin merupakan dosen Jurusan Sejarah Institut Keguruan dan Ilmu Pengetahuan (IKIP) Budi Utomo, Kota Malang. Ia mengakui beberapa kebiasaan masyarakat masa lampau saat gerhana terjadi. Hingga kini pun, kata Yahmin, beberapa kelompok warga masih melakukan kebiasaan tersebut.
Berikut kebiasaan itu:
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
- Memukul kentongan atau menciptakan suara

(Sejumlah warga di Jember memukul kentongan, Ant - Seno)
Masyarakat Jawa memercayai Batara Kala atau raksasa memakan matahari. Sehingga matahari tak bersinar untuk beberapa saat. Lantaran itu, masyarakat membunyikan kentongan dan peralatan masak agar Batara Kala mengeluarkan matahari kembali.
Yahmin memaknai kebiasaan itu sebagai simbol terbebas dari kegelapan. Bebunyian itu sebagai simbol membatalkan tindakan kejahatan. Lantaran itu, warga dibangunkan agar kejahatan tak terjadi.
- Selamatan sego rogoh

(Ilustrasi perempuan hamil, Ant)
Saat terjadi gerhana, perempuan hamil harus membuat selamatan sego rogoh. Yaitu memasukkan nasi dan lauk pauk ke kuali atau wadah yang terbuat dari tanah liat. Kemudian makanan itu dikeluarkan kembali dari wadahnya.
"Maksudnya, agar perempuan hamil tak takut kegelapan saat gerhana itu terjadi," kata Yahmin.
- Membangunkan hewan ternak dan tanaman
Setelah gerhana, orang zaman dulu membangunkan hewan peliharaan dan tanaman. Menurut Yahmin, kebiasaan itu menyimbolkan kehidupan kembali setelah paparan gerhana matahari.
Makna lain yaitu manusia tetap terjaga dan sadar. Orang Jawa mengenal makna itu dengan ungkapan 'sopo sing leno bakale keno'. Artinya, siapa terlena akan terkena dampak kegelapan gerhana matahari.

(Seorang warga Australia menyiapkan kacamata khusus mengamati gerhana matahari di Sulawesi pada Rabu 9 Maret 2016, MI - M Taufan SP Bustan)
Tapi, kata Yahmin, makna gerhana matahari seolah bergeser. Masyarakat mengenal gerhana matahari sebagai fenomena alam yang terjadi secara alami.
"Fenomena alam yang dulunya dimaknai mistis dengan cerita mitologinya, sekarang sudah luntur dan dimaknai rekreasi," tegas Yahmin.
Besok, Rabu 9 Maret 2016, fenomena gerhana matahari total melintasi 12 provinsi di Indonesia. Sebagian besar, fenomena itu dapat diamati di wilayah Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
Pemerintah setempat pun memanfaatkan momen itu untuk menarik minat wisatawan. Tak sekadar mengamati gerhana, sedikitnya 100 even digelar dalam momen tersebut.
Baca: Menpar Ajak Masyarakat Saksikan Gerhana Matahari Total
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)