Harga pasaran telur di Sumenep, kini tinggal Rp14 ribu/kg. Sebelumnya, Rp17 ribu/kg. “Turunnya sedikit-sedikit. Pemasaran juga tersendat, tak selancar sebelumnya,” kata Muzakki, peternak ayam petelur di Desa Gadu Barat, Kecamatan Ganding, Jumat 10 Maret 2017.
Muzakki tidak tahu kenapa harga telur bisa turun terus. Yang pasti, kondisi ini membuat dirinya kerepotan. Apalagi, kini dia hanya bisa menjual paling banyak 30 kg/hari. Padahal, sebalumnya dagangannya laris manis hingga 1 kuintal per hari.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
“Kalau harga tinggi, di pasar lebih sedikit, sehingga pengiriman kepada pengepul dan pedagang lancar,” terang Muzakki.
Muzakki kini terpaksa melayani pembeli eceran agar telur di gudangnya tak menumpuk. Telur ukuran kecil dihargai Rp1.000, sedangkan yang agak besar dibandrol Rp1.100 per butir.
Meski omzetnya tak banyak, toh Muzakki masih bisa bersyukur. Hasil penjualan masih bisa menutup modal dan kebutuhan keluarga sehari-hari. Muzakki juga kudu pintar-pintar merawat ayam. "Telat memberikan pakan atau tidak sesuai takaran, ayam tidak akan bertelur. Cuaca juga berpengaruh."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ALB)