Kemeriahan mulai tampak malam ini di Festival Kuliner Surabaya. Warga Surabaya tumpek di Jalan Tunjungan. Ada yang menyisir kuliner Surabaya yang dijajakan para pegiat usaha kecil menengah (UKM), ada pula yang sekadar jalan-jalan mengabadikan foto. Lagu Jawa khas Surabaya yang mengalun di sepanjang Jalan Tunjungan membuat suasana mirip di masa lalu.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan Jalan Tunjungan dulunya merupakan pusat kota dan pusat perdagangan. Dulu banyak berdiri bekas toko. Selain itu, hingga saat ini bangunan peninggalan Belanda seperti Hotel Yamato atau disebut Hotel Oranye yang kini berubah nama menjadi Hotel Majapahit, ada di Jalan Tunjungan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Saya ingin membuat Tunjungan ini menjadi pusat kota yang ramah dan wisata budaya bagi warga Surabaya tanpa meninggalkan atau menggusur heritage-nya," kata Risma saat meresmikan Jembatan Gantung, di Jalan Tunjungan, Selasa (26/7/2016).
Jembatan gantung, kata Risma, bisa diakses warga 24 jam secara gratis. Jembatan itu melintas di atas Jalan Tunjungan yang menghubungkan dua gedung heritage. Di dalam gedung itu terdapat museum Surabaya, ruang Pusat Pengendalian Bencana, Pusat PKL dan UKM, dan ada juga beberapa kantor pemerintahan.
"Ini dulunya pusat keramaian bagi warga. Jadi, saya ingin ini menjadi wisata bagi warga Surabaya," kata dia.
Risma sudah berniat menyulap Jalan Tunjungan sebagai kawasan wisata sejarah sejak pertama kali menjabat sebagai wali kota Surabaya.
Saat ini telah dibangun pedestrian di dua sisi jalan dengan lebar sekitar lima meter. Setelah pelaksanaan Preparatory Committee (PrepCom) 3 UN Habitat III, akan dibangun jalur trem.
Sesuai rencana, Jalan Tunjungan akan digunakan tiga jalur. Yakni, jalur sepeda motor satu arah, jalur mobil satu arah, dan jalan trem. Sementara pedestrian yang kini telah selesai dibangun, digunakan para pejalan kaki.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)
