Tak hanya menuntut pihak berwajib untuk mengusut tuntas kasus tersebut, masyarakat juga menunjukkan kepeduliannya dengan menggalang dana untuk keluarga korban. Salah satunya adalah donasi yang dikumpulkan untuk beasiswa bagi anak-anak Salim Kancil dan Tosan.
Almarhum Salim Kancil meninggalkan tiga orang anak, satu di antaranya masih duduk di bangku SMP. Sementara Tosan yang kini masih dalam perawatan intensif memiliki tiga orang anak, dua di antaranya masih sekolah. Masing-masing duduk di kelas 3 SMA dan kelas 5 SD.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Per 6 Oktober malam, telah terkumpul dana beasiswa Rp 16.082.490 melalui online fundraising platform kitabisa.com. Pengumpulan itu dimulai lima hari sebelumnya. Pengumpulan dana ini muncul atas inisiatif sejumlah aktivis lingkungan yang tergabung dalam Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi). Dukungan terhadap keluarga juga dirasa penting, selain proses pengawalan proses hukum yang kini masih berlangsung.
Seluruh dana yang terkumpul akan dikawal oleh Walhi untuk diberikan kepada kedua keluarga korban. Dana nantinya akan digunakan sepenuhnya untuk membiayai pendidikan anak-anak Almarhum Salim Kancil dan Tosan.
Harapannya, anak-anak ini akan terus melanjutkan pendidikannya di masa mendatang. Anak Salim Kancil misalnya, bocah laki-laki ini memiliki cita-cita sebagai polisi.
“Kami berharap kawan-kawan Netizen berkenan untuk patungan memberikan beasiswa bagi anak-anak korban. Semoga ini bisa sedikit mengobati rasa duka yang bertubi-tubi dialami keluarga belakangan ini,” tulis Walhi dalam laman donasinya.
Salim Kancil dan Tosan selama ini menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Keduanya adalah keluarga petani tak bertanah yang memanfaatkan lahan pasir pantai untuk bertani sawah.
Sejak pasir besi dibongkar hingga lebih 200 truk per hari, dua keluarga ini akhirnya tak bisa menanam lagi. Sawah-sawah terisi air asin dan tergenang. Kini, setelah kepergian Salim, keluarga harus menopang kebutuhan tanpa sang kepala keluarga. Kondisi Tosan juga masih kritis di rumah sakit.
Peristiwa itu terjadi pada Sabtu, 26 September lalu, Tosan dijemput oleh beberapa orang propenambangan pasir. Dalam kondisi tidak berdaya, Tosan dilindas sepeda motor dan dipukul kayu serta senjata tajam lainnya. Tosan ditinggalkan tergeletak tidak berdaya di tanah lapang dalam kondisi penuh luka dan segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan.
Salim Kancil dan Tosan tergabung dalam Forum Petani Anti Tambang Desa Selo Awar-Awar yang menolak aktivitas penambangan di Pantai Watu Pecak. Peristiwa penganiayaan ini diduga dilakukan oleh kelompok propenambangan pasir itu.
Kini, tindakan penganiayaan dan pembunuhan itu masih dalam proses hukum. Publik yang ingin turut berpartisipasi untuk memberikan beasiswa bagi anak-anak Salim Kancil dan Tosan dapat menyalurkannya melalui online fundraising platform kitabisa.com/tragedilumajang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)