Nur Salim, 45, salah seorang petani di Desa Pojokkulon, Kesamben, mengatakan terpaksa membabat habis kedelainya karena tanaman tersebut rusak.
"Per hektar hanya laku Rp175 ribu, padahal, biaya tanam per hektar Rp5 juta," ujarnya saat berbincang dengan Metrotvnews.com, di lahan miliknya, Selasa (15/11/2016).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Nur menuturkan, gagal panen akibat petani salah memprediksi musim tanam. Bila biasanya bulan Agustus telah kemarau, nyatanya tahun ini intensitas hujan masih tinggi.
"Padahal tanaman kedelai tidak membutuhkan banyak air. Akibatnya, busuk dan tak berisi," tuturnya.
Hal senada diutarakan Marsaid, 35. Dia memilih panen dini. Dalam kondisi normal, satu hektare lahan bisa menghasilkan satu ton kedelai.
Namun, akibat anomali cuaca, satu hektar hanya menghasilkan tujuh kuintal kedelai. "Dari jumlah itu hanya menghasilkan uang Rp3,7 juta. Padahal modal yang kita keluarkan Rp5 juta. Kita rugi besar," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)