Nur Laila dan Nur Laili merupakan anak ke empat dan kelima dari pasangan almarhum Towi, 60, dan almarhumah Supini, 56, asal Srengganan, Surabaya. Mereka tinggal disebuah rumah berukuran 3x3 meter di perkampungan Utara kota Surabaya.
"Terima kasih nak, sudah membantu keponakan kami. Semoga dibalas oleh Allah SWT," ungkap Sulikhah kepada sekelompok pemuda, Senin, 8 Juli 2019.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Sulikhah menceritakan, bahwa kedua gadis tersebut sejak awal terlahir dengan kondisi yang normal, bahkan sehat secara jasmani. Namun, menginjak usia ke tujuh bulan terdapat sebuah benjolan di kaki nur Laili.
"Pernah dibawa ke tukang pijat, pernah juga dibawa ke dokter spesialis anak katanya gejala ginjal. Diperiksa juga ke dokter di salah satu RS, katanya juga tidak ada penyakitnya. Saya bingung anak ini punya penyakit apa," cerita Solikhah.
Tak berhenti di situ, si kembar juga pernah diperiksa ke puskesmas setempat, namun tetap tidak ada hasil. Terakhir, Ibu dan Bibinya lantas membawa si kembar ke RSUD dr. Soetomo Surabaya.
"Hampir setiap hari, ini (seraya menunjuk si kembar) saya bawa kesana untuk periksa pendengaran, saya tanya ke dokter, dia punya penyakit apa ya dok?, Setelah diperiksa pendengaran ternyata normal," katanya.
Besoknya ia diminta kembali lagi ke RS untuk dilakukan rekam otak. Terhitung, ia hampir sebulan terus mendatangi RSUD untuk diperiksa. "setelah sebulan, ternyata urat di kakinya melengkung. Dokter minta agar dilakukan operasi kecil. Kami enggak apa-apa yang penting anak ini sembuh. Bahkan, si kembar sampai ngamar selama dua bulan di RS," jelasnya.
Pasca dua bulan, ternyata tulang yang ada di kakinya tak bisa menyatu setelah menggunakan alat bantu. Akhirnya, si kembar diminta untuk pulang dengan catatan tetap melakukan kontrol, terapi, poli gizi, tumbuh kembang hingga terapi bicara.
"Sudah empat tahun, kami bolak balik ke RS untuk memeriksakan anak ini. Tapi sampai sekarang kami belum tahu penyakitnya apa dan bagaimana cara menyembuhkannya," tambah Sulikhah.
Keseharian Nur Laili dan Nur Laila hanya bisa terbaring di kasur dan lantai. Kini, ia menginjak usia 15 tahun. Selain tidak bisa duduk, mereka berdua juga tuna wicara. Mereka berdua hanya bisa merengek dikala lapar, bibinya pun kian pesimis di saat Ibunya meninggal kurang lebih empat tahun yang lalu, yang kemudian disusul oleh ayahnya.
"Entah, uang saya sudah habis semua untuk pengobatan anak ini. Saya hanya seorang penjual kerupuk untuk mencukupi makan sehari-hari," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ALB)