"Dari dulu sudah dibina sudah diberikan program oleh Dinsos agar tidak mengemis lagi, tapi ujung-ujungnya mereka kembali mengemis lagi," kata Achmad Syafii saat ditemui di kantornya, di Pamekasan, Madura, Jawa Timur, Minggu (28/6/2015).
Menurut Syafii hal ini terjadi sebab mengemis seperti menjadi budaya di kehidupan mereka. Ia pun berjanji akan mengambil langkah tegas untuk menyikapi hal ini.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Mungkin kita harus lebih bersikap tegas, seperti beberapa kota di Surabaya, Jakarta, bahwa mereka harus kita tertibkan," imbuh dia.
Syafii pun mengaku sudah lama tak memberi uang kepada pengemis. Ia mengimbau masyarakat melakukan hal yang sama untuk memutus mata rantai pengemis.
"Mending saya ngasih ke anak yang jualan koran, itu lebih produktif. Kalau yang minta-minta sudah lama saya enggak ngasih," ujarnya.
Berdasarkan catatan Satpol PP Pamekasan, para pengemis datang dari sejumlah wilayah pinggiran Pamekasan. Di antaranya di Desa Panglegur, Desa Larangan Tokol, dan Desa Branta Tinggi Kecamatan Tlanakan, Pamekasan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(TTD)