Peserta yang datang mengikuti festival tidak hanya dari Bojonegoro. Ada juga peserta dari sejumlah daerah dari luar Pulau Jawa, di antaranya, dari Kalimantan, Medan, Aceh, dan Kendari.
Festival ini berlangsung selama empat hari, dari 9-12 April. Selama festival ini, pedagang tidak hanya menyediakan aneka jenis batu yang siap pakai. Mereka juga menjual bongkahan batu dan barang setengah jadi.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Pengunjungnya tidak sekedar didominasi laki-laki. Banyak kaum wanita yang datang untuk melihat dan membeli. Rully, salah satu pengunjungnya. Dia mengaku senang dengan digelarnya festival
ini.
Menurut dia, festival ini menjadi ajang bagi mereka pecinta batu mulia dan pedagang serta perajin untuk selanjutnya bertransaksi.
Dia mengaku jatuh cinta terhadap batu sudah sejak lama. Dia mengoleksi berbagai jenis batu dari berbagai daerah. Apalagi, batu mulia ini, sekarang menjadi tren pelengkap fesyen yang banyak dikenakan wanita.
Ki Tompel, pedagang batu dari Padang Sumatera Barat, mengatakan lebih memilih menjual batu dalam bentuk bongkahan. Menurut dia, dengan menjual baru bongkahan, harga yang ditawarkan relatif lebih murah. Yakni, sebesar Rp50 ribu untuk setiap ons dari berbagai jenis batu. Mulai dari batu pancawarna, hati ayam, dan berbagai jenis batu dari seluruh penjuru negeri ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(BOB)
