Dengan profesinya sebagai guru honorer, dia hanya berpenghasilan Rp250 ribu per bulan. Tak cukup untuk memenuhi kebutuhan istri dan satu anaknya. Sehingga, tak ada pilihan lain bagi guru yang sudah 12 tahun mengabdi tersebut kecuali berjualan tahu keliling setiap pagi.
Harpin menjajakan tahu setiap hari sebelum berangkat mengajar. Tahu-tahu itu dia bawa menggunakan timba yang diletakkan di belakang sepeda motornya. Kemudian dia jual di sepanjang jalan menuju sekolah tempatnya mengajar.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
”Saya harus berangkat lebih pagi agar bisa jualan dan tidak terlambat datang ke sekolah. Setiap pagi sehabis subuh saya kulakan tahu dan langsung menjajakannya,” ujar Harpin saat ditemui di rumahnya, Desa Karduluk, Kecamatan Pragaan, Sumenep, Rabu (25/11/2015).
Lebih lanjut Harpin menuturkan tak jarang seragam yang ia kenakan terkena cipratan air tahu dagangannya. Namun, Harpin tak berkecil hati. Rutinitas itu tetap ia jalani dengan penuh semangat. ”Saya baru bisa masuk sekolah pukul 09.00 WIB sesuai jadwal,” kata dia.
Ditambahkan Harpin, dirinya juga kerap dijuluki “Pak Tahu” oleh anak didiknya. Namun, Harpin mengaku ikhlas mengajar meski harus berjualan tahu untuk memenuhi kebutuhan keluarga. ”Saya berharap teman-teman guru Honorer tetap semangat mengajar meski bayaran tidak mencukupi. Hanya dengan keikhlasan, Tuhan akan memberi rezeki dari jalan yang lain,” kata dia.
Dalam momentum hari guru nasional kali ini, Harpin yang masih berstatus sebagai tenaga honorer K2 ini berharap bisa segera diangkat menjadi pegawai negeri sipil agar kesejahteraan hidupnya meningkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)