Kepala Seksi Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Dinas Pendidikan Kabupaten Bangkalan, Sulistiawati, mengatakan sebanyak 80.617 orang masih buta huruf di tahun 2015. Dengan kata lain, tingkat pendidikan masyarakat Bangkalan masih di bawah standar kualifikasi industri.
Namun demikian, Sulistiawati mengaku jumlah itu menurun dari tahun ke tahun. Sebab Disdik tengah melaksanakan program pemberantasan buta aksara untuk warga Bangkalan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Di lain tempat, sosiolog Rusdi Zain menerangkan kualitas pendidikan di Bangkalan masih rendah karena faktor tradisi dan budaya. Rusdi mengatakan masih banyak warga yang menganggap tak perlu berpendidikan tinggi untuk bisa sukses.
"Coba kita perhatikan saudagar-saudagar asal Madura yang ada di Surabaya atau Jakarta, mereka kaya raya, sukses berbisnis, padahal pendidikan mereka tidak tinggi. Sebagian malah tidak bisa baca tulis," papar Rusdi.
Justru, kata Rusdi, warga Madura, utamanya Bangkalan, menganggap pendidikan nonformal lebih penting. Lantaran itu, sebagian besar masyarakat Madura lebih memilih belajar mengaji atau menekuni pendidikan di pondok pesantren.
"Namun pemikiran itu bergeser. Sebab sudah banyak mahasiswa yang berasal dari Madura," kata alumnus Universitas Trunojoyo Madura itu.
Bagi pengamat ekonomi dari UTM, Jakfar Sadik, peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pendidikan warga penting untuk menyambut rencana industrialisasi Bangkalan. Sebab pemerintah berencana merealisasikan kawasan industri di kaki Jembatan Suramadu yang berlokasi di Bangkalan.
Dengan pendidikan dan keahlian yang memenuhi standar, Jakfar menilai rencana itu akan lebih promasyarakat Madura. Sehingga warga lokal dapat lebih menikmati perkembangan ekonomi dari rencana tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)