Sudah empat bulan ini Markamin lumpuh terkena stroke. Dia tinggal bersama istrinya, Sari, 80, beserta anaknya. Untuk makan, minum dan mandi, ia dibantu oleh istri dan anak-anaknya.
Susiana, anak Markamin mengatakan pensiunan bapaknya sebesar Rp2.000.000 per-bulannya dinilai tidak cukup. Sebab, untuk berobat ke dokter spesialis dan dirawat di rumah sakit, harus tetap membayar separuhnya, kendati menggunakan asuransi.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Penghasilan yang tidak terlalu besar itu, juga membuat 14 anaknya hanya mampu lulus sekolah SD dan SMP. Markamin beserta keluarganya masih tetap bersyukur, karena rumahnya baru direnovasi beberapa hari yang lalu.
Hal tersebut setelah mendapat bantuan dari salah satu BUMN dan Kodim 0812 Lamongan.
Pihak keluarga hanya berharap kepada pemerintah pusat dan pemerintah setempat, untuk memberikan bantuan pengobatan yang layak dan gratis. Sehingga, orang tuanya bisa sembuh dan normal kembali.
Sementara, saat diwawacarai oleh sejumlah wartawan, Markamin masih bisa mengingat waktu dirinya perang melawan penjajah Belanda dan Jepang.
Setiap tanggal 10 November diperingati sebagai hari pahlawan. Tanggal 10 November adalah momentum saat pertempuran Surabaya yang terjadi pada tahun 1945. Pertempuran tersebut merupakan salah satu perang terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(YDH)
