Risma menyebutkan sekitar 65 persen warga Surabaya tinggal di perkampungan. Pada 2010, di awal kepemimpinan Risma, tempat tinggal mereka kumuh. Tingkat pendidikan mereka pun rencah.
"Karena kondisi kampung dan kotor, di rumah sakit banyak anak-anak yang terserang penyakit seperti diare dan demam berdarah," kata Risma di Grand City, Surabaya, Selasa (26/7/2016).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Kemudian, Risma mengajak warga Surabaya untuk membersihkan lingkungan. Ia mengajak warga mengelola dan mendaur ulang sampah.
"Semakin lama warga paham bagaimana mengelola sampah. Setiap tahun volume sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) menurun 10 persen. Dengan begitu angka warga yang terserang penyakit juga turun," kata perempuan yang menjabat Wali Kota Surabaya dua periode itu.
Ke depan, Risma mengatakan akan menjadikan Surabaya sebagai Kota Pendidikan. Ia menyiapkan program setiap kampung harus memiliki lingkungan yang mendidik. Setiap kegiatan anak-anak benar-benar diawasi ketat oleh sekolah dan orang tua.
"Mulai pukul 05.00- 21.00 WIB anak tidak boleh keluar di jalanan. Selama di rumah orang tua juga harus memeriksa mobile handphone anak-anak untuk memantau komunikasi anak," ujarnya.
Di kampung pendidikan, kata Risma, tidak boleh ada orang yang merokok. Akan disediakan ruang merokok di pintu masuk dan keluar perkampungan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)