Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf alias Gus Ipul mengatakan laporan itu didapat dari pusat pelayanan terpadu (PPT). Data itu dikumpulkan sejak Januari hingga Oktober 2016.
Pada 2014, laporan tindak kekerasan sebanyak 349 kasus. Sebanyak 135 kasus terjadi pada anak.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Jumlah itu menurun pada 2015 yaitu 235 kasus. Sebanyak 112 kasus kekerasan terjadi pada anak.
"Namun pada 2016, jumlah itu kembali bertambah," kata Gus Ipul seperti yang ditulis Metrotvnews.com, pada Senin 19 Desember.
Gus Ipul menerangkan jumlah itu berbeda dengan data dari Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jatim yaitu sebanyak 263 kasus. Sebanyak 80 persen kasus kekerasan terjadi pada anak-anak. Mereka menjadi korban kekerasan yang dilakukan orang terdekat atau sudah dikenal.
"Misalnya di sekolah atau di lingkungan sekitar tempat tinggal," lanjut Gus Ipul.
Korban mengalami trauma psikologis jangka panjang. Sebab tetangga maupun kerabat yang menjadi pelakunya.
Gus Ipul menyebutkan tindak kekerasan itu misalnya pemerkosaan, penjualan anak untuk prostitusi, dan pelecehan seksual. Trauma itu mengakibatkan anak kehilangan kepercayaan diri.
"Motivasi anak untuk menjalani masa depan bisa rusak. Apalagi, bila itu berujung pada penolakan keluarga dan gangguan emosional," ujar Gus Ipul.
Gus Ipul menilai penanganan masalah ini bukan sekadar penegakan hukum. Tapi, perlindungan pada anak-anak bisa dilakukan dengan meningkatkan pembangunan ekonomi, pendekatan sosial, dan sinergi antara keluarga, sekolah, dengan pemerintah.
Gus Ipul juga menekankan peran ibu untuk mengurangi tindak kekerasan seksual. Sebab, ibu memiliki kelebihan ketimbang para pria. Yaitu lebih sabar dan lebih emosional saat mengasuh anak-anaknya.
"Jika ada dugaan terjadinya kekerasan seksual terhadap anak, maka keluarga perlu memberikan dukungan dan kasih sayang pada anak dan biarkan anak bercerita, jangan menyalahkannya," lanjut Gus Ipul.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)