Ricuh diawali ketika muktamirin tak sepakat soal pemilihan Rais Aam. Satu pihak menghendaki pemilihan memakai metode ahlul halli wal aqdi (Ahwa) atau musyawarah mufakat. Pihak lainnya mau pemilihan lewat voting. Di tengah semerawut, tiba-tiba seorang muktamirin lantang menghina kiai PBNU.
"Kita ini forum ulama. Perbedaan pendapat itu wajar. Namun jika sudah ada upaya kriminalisasi PBNU dan penghinaan kiai, baik itu mereka yang pro maupun kontra terhadap Ahwa akan emosi jika ada yang menghina para kiai," kata Peninjau dari Lembaga Kajian Masyarakat Abdul Fattah di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Senin (3/8/2015).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?

(Foto: Peninjau dari Lembaga Kajian Masyarakat Abdul Fattah/MTVN_Nurul Hidayat)
Fattah mengatakan, perbedaan pendapat dalam pembahasan pemilihan Rais Aam melalui mekanisme Ahwa masih bisa ditanggulangi. Namun kericuhan memuncak saat penghinaan terhadap kiai terjadi."Kelompok yang mendukung pelaksanaan Ahwa saat muktamar kali ini mereka yang menolak Ahwa ada di tatib persidangan. Dan mereka yang menyetujui Ahwa, namun pelaksanaannya di muktamar mendatang," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(TTD)