Foto: Soeharto kembali diajukan sebagai Pahlawan Nasional/MI_Faishol Taselan
Foto: Soeharto kembali diajukan sebagai Pahlawan Nasional/MI_Faishol Taselan (Amaluddin)

Parsindo Desak Presiden Jokowi Beri Gelar Pahlawan untuk Soeharto

soeharto
Amaluddin • 29 Juni 2015 12:05
medcom.id, Surabaya: Organisasi Massa (Ormas) Perisai Swara Rakyat Indonesia (Parsindo) mendesak Presiden Joko Widodo segera menyematkan gelar pahlawan untuk Presiden kedua Republik Indonesia Soeharto.
 
"Gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto sempat terhenti di meja Susilo Bambang Yudhoyono ketika masih menjabat sebagai presiden. Kami akan terus perjuangkan itu," kata Ketua DPP Parsindo Muhammad Jusuf Rizal, di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (29/6/2015).
 
Rizal mengaku sudah menggalang massa untuk menyuarakan pemberian gelar pahlawan kepada Soeharto. Bahkan, pihaknya sudah mengusulkan ke Kementerian Sosial.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


"Kami sudah mengusulkan ke Kementerian Sosial. Tapi ini masih berproses. Dulu, di meja kementerian usulan ini sudah lolos, tapi ketika berada di meja SBY yang waktu itu masih menjadi presiden, batal ditandatangani. Jadi usulan ini berhenti di meja presiden," ujarnya.
 
Menurutnya Soeharto layak menyandang gelar itu. Soeharto dinilai mampu menjadikan Indonesia sebagai negara yang disegani negara luar, khususnya di Asia.
 
Selain itu, Soeharto dinilai sebagai figur yang mampu menciptakan stabilitas keamanan, sosial, politik serta penegakan hukum di Tanah Air. Rizal menolak, jika Soeharto disebut sebagai biang kekacauan nasional dan koruptor selama menjabat 32 tahun sebagai presiden.
 
"Reformasi yang didengungkan, memang bertujuan untuk perubahan, tapi nyatanya Repotnasi. Sumber perekonomian kita akan diserang oleh Tiongkok, kalau dulu kita makan nasi, sekarang beras plastik, dulu kita bertani sekarang lari ke pelabuhan, dulu kita ekspor sekarang impor beras," imbuh dia.
 
Untuk itu, Rizal berharap Presiden Jokowi segera menyetujui hal ini. Parsindo berharap pemberian gelar itu segera diproses untuk disetujui.
 
Atas upaya ini, kata Rizal, Parsindo tak gentar dicap sebagai antek-antek Orde Baru. Rezim Soeharto tumbang pada Reformasi 1998 saat didengungkan mahasiswa dan rakyat dengan darah dan keringat. Reformasi 1998 pun juga disebut dengan Tragedi Mei 1998 yang ditandai dengan penjarahan, pemerkosaan etnis Cina, penculikan, hingga terbunuhnya sejumlah mahasiswa.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(TTD)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif