"Saya yang bertanggungjawab terhadap pecahnya suara Jatim dalam penentuan Ahwa dan voting di komisi. Seharusnya suara Jatim utuh, tapi ini pecah," kata Miftachul Akhyar di Media Centre Muktamar ke-33 NU di Jombang, Jawa Timur, Rabu (5/8/2015).
Panitia muktamar memunculkan kembali persoalan pemilihan Rais Aam menggunakan mekanisme Ahwa melalui voting. Pemungutan suara melibatkan 496 rais syuriah. Sebanyak 252 rais syuriah menyatakan setuju pemimpin tertinggi NU dipilih melalui mekanisme Ahwa. Sebanyak 235 rais syuriah menolak dan sembilan lainnya abstain atas mekanisme Ahwa.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Suara rais syuriah Jawa Timur pecah. Dari 40 cabang, 18 cabang di antaranya setuju Ahwa. Sedangkan 19 cabang lainnya menolak Ahwa, 4 abstain, dan 1 mengundurkan diri.
Miftachul menilai pecahnya pecahnya suara Jatim kemungkinan disebabkan PCNU banyak yang dicuci otak oleh pihak lain sehingga mereka pindah haluan mendukung voting.
PWNU Jatim yang sejak awal mengawal Ahwa, namun dalam pleno komisi pertahanan jebol. Sehingga banyak cabang yang mbalelo (tidak sependapat). Mekanisme organisasi yang semestinya dijalankan yakni tunduk dengan keputusan PWNU Jatim ternyata dilakukan di luar mekanisme organisasi.
"Mereka melakukan di jalan jalan. Saya berusaha mengajak mereka kembali tapi masih saja mengambil keputusan sendiri. Saya malu dengan Yogyakarta dan Jateng suaranya utuh," katanya.
Sebagai konsekuensi terhadap pecahnya suara ini, kata Miftahul, PWNU Jatim menyiapkan sanksi ke cabang yang 'mbalelo. Namun akan dilihat tingkat kesalahannya. Bahkan, Miftakhul mengaku siap melepaskan jabatan sebagai Rais Syuriah PWNU Jatim karena dianggap gagal membawa suara Jatim utuh pada pleno komisi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(TTD)