"Kami akan bentuk tim advokasi untuk mendampingi keluarga korban selama proses hukum," kata Ketua GP Ansor Kabupaten Lumajang, Adam Bahiroh, di Surabaya, Jumat (2/10/2015).
Adam mengatakan pembentukan tim advokasi ini dilakukan bersama PW Ansor Jawa Timur. Pentingnya pendampingan ini, kata Adam, sebagai bentuk dukungan moral pascakejadian. Pasalnya, istri Salim Kancil diketahui buta huruf.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Tim Advokasi ini akan mengupayakan agar lembaga perlindungan anak segera turun untuk melakukan terapi trauma healing kepada Dio Eka Saputra (anak Salim Kancil)," kata Adam.
Menurut Adam, bocah berusia 13 tahun yang merupakan putra dari almarhum Salim Kancil mengetahui dan melihat langsung ayahnya dibantai oleh gerombolan preman yang diduga suruhan Kepala Desa Selok Awar Awar.
"Ironisnya, Dio sempat meminta pertolongan kepada warga dan berteriak-teriak melihat kejadian itu. Sayangnya, warga tak ada yang berani memberikan pertolongan. Sementara para preman itu terus melakukan penyiksaan dengan sadis," kata Adam.
Dalam kejadian itu, kata Adam, putra Salim Kancil menyaksikan ayahnya diseret menuju Balai Desa Selok Awar-awar hingga akhirnya dibunuh dengan cara sadis. "Kami sudah minta lembaga perlindungan anak untuk turun. Putra Salim Kancil butuh terapi trauma healing," pungkas Adam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)